Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis di Sini dan Dihargai

27 Oktober 2017   09:56 Diperbarui: 27 Oktober 2017   13:05 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak cuma manusia yang ingin mendapat rangsangan yang bagus. Ikan di laut pun sama seperti manusia. Silakan dicoba, memancing ikan dengan umpan seadanya dan dengan peralatan seadanya, maka niscaya yang didapat pun ikan yang seadanya. Inilah mungkin hakikat dari kata penghargaan dan menghargai. Semakin kita bisa tinggi menghargai apapun, maka hidup kita akan berharga. Lebih rincinya, mari simak bersama.

Sekitar tahun 2000-2001, era kebebasan pers mulai terasa bergerak cepat dan berlari di jalurnya, pasca diterbitkan Undang-Undang (UU) Pers (UU Nomor 40 Tahun 1999). Para pejabat, kaum profesional, dan mereka yang di rentang usia produktif memusatkan perhatian pada laman (website) pemberitaan cepat alias online news portal, untuk mengobati kehausan mereka atas informasi. Saat itu, ada dua laman yang populer dalam hal kecepatan penyajian; detik.com dan astaga.com yang sudah almarhum.

Dari dua itu, detik.com yang hingga kini masih tegap berdiri di tengah kompetitornya yang makin beranekaragam. Di jelang 2003, dimulailah era media sosial (medsos) yang merupakan wadah tampil bagi para pamapar independen, yang merasa memiliki informasi berbeda, eksklusif, yang patut disuguhkan ke warganet. Lalu sekitar 2005, blog menjadi populer sebagai wadah informasi independen, yang kini berubah wujud menjadi vlog dengan tampilan informasi yang jauh lebih menarik.

Ya, laman pemberitaan online pun selain harus mampu mengatasi para pesaing 'sejenis'nya, juga harus head to head dengan media sosial (medsos) yang di dalamnya bisa mencakup informasi apapun, versi apapun seperti tulisan, foto, video, animasi, dan bentuk grafis informatif lainnya.

Ksatria

Kreativitas menjadi hal terpenting yang membantu situs berita bertahan di tengah situasi tersebut, agar bisa senantiasa cheap (murah), better (lebih bagus), dan faster (cepat). Apalagi di era menjelang 2020, dimana sebuah kabar tanpa diperkuat gambar dianggap hoax atau mengada-ada, membuat medsos semakin bertransformasi. Ada YouTube, Instagram, Facebook, dan Line yang mampu menyuguhkan live video, ada Twitter yang diperkuat kemampuan embedded (informasi melekat), Path, dan sebagainya.

Semuanya pada intinya bertujuan agar setiap individu dapat menyajikan informasi ultra cepat. Jenis informasi apapun kini mudah beredar, blak-blakan, tiada sensor, faktual, dan instan. Tapi apakah hanya dengan memiliki akun di sebuah medsos, lantas seseorang bisa bicara bebas dan digolongkan sebagai ksatria informasi?

Arus informasi yang begitu deras, tak bisa tergelontor begitu saja. Harus ada yang berani tampil cheap, better, faster, democratic, high credibility, and solution. Demokratis, dalam artian siapapun, dari kalangan apapun bisa menuangkan tulisan. Lalu kredibilitas tinggi, agar sebuah informasi muncul dengan perspektif yang bijaksana, telah dianalisa, dan cukup independen dari kepentingan penguasa dan pengusaha. Kemudian solutif, memberi edukasi yang cukup bagi masyarakat.

Itulah yang menjadikan sebuah wadah informasi digital akan terpakai hingga jauh ke depan. Tak hanya mengungkap sebuah informasi, fakta, dan peristiwa, namun juga berani mengupas apa yang sebenarnya terjadi dibaliknya, dan memberi jawaban atau setidaknya menuangkan sebuah hakikat. Pada akhirnya tak semua orang bisa muncul di mana saja sebagai ksatria dalam hal penyebaran informasi. Butuh wadah tersendiri bila memang ingin tampil "Speak The Truth" seperti laiknya seorang ksatria.

Engagement

Dari pihak penyedia wadah informasi, memang tak mudah untuk bisa menyajikannya. Perlu kreasi tersendiri, tenaga, dan fasilitas yang baik sehingga tak akan surut orang yang tertarik menulis secara konsisten di sebuah wadah informasi digital. Dan hingga saat ini, hanya Kompasiana yang bisa mewujudkan hal tersebut. Selain kredilitas yang dimiliki, Kompasiana juga membuktikan sebuah engagement yang positif dengan penulis-penulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun