Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Health Promoter

Master of Public Health | Praktisi Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Secara Psikologis, Kenapa Kita Bisa Takut pada Hantu?

27 Mei 2025   09:24 Diperbarui: 27 Mei 2025   09:24 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mommiesdaily.com

Takut pada hantu adalah pengalaman yang sangat manusiawi dan mungkin saja dialami oleh kita semua. Dari anak kecil yang menjerit saat lampu dimatikan, sampai orang dewasa yang enggan melewati lorong gelap sendirian, rasa takut pada makhluk tak kasatmata ini seolah tak pernah usang. Padahal, di era teknologi yang serba rasional, mengapa ketakutan pada hantu tetap begitu kuat menghantui banyak orang? Jawabannya ternyata bukan sekadar soal kepercayaan atau cerita turun-temurun, tapi juga berakar pada psikologi dan logika cara kerja otak manusia.

Secara psikologis, otak kita memang "disetel" untuk selalu waspada terhadap ancaman, terutama yang tidak jelas atau tidak kasatmata. Bagian otak bernama amygdala bertugas mendeteksi bahaya, baik nyata maupun imajiner. Saat kita berada di tempat gelap, mendengar suara aneh, atau merasakan suasana yang tidak biasa, amygdala langsung mengaktifkan mode siaga. Ini adalah mekanisme bertahan hidup warisan nenek moyang, yang dulu harus selalu siap menghadapi bahaya di alam liar. Dalam situasi penuh ketidakpastian, otak cenderung mengisi kekosongan informasi dengan imajinasi. Jika sejak kecil kita sudah akrab dengan cerita seram atau film horor, otak akan lebih cepat mengasosiasikan suara atau bayangan samar dengan kehadiran hantu.

Fenomena pareidolia juga berperan besar dalam menciptakan ilusi "hantu". Otak manusia sangat suka mencari pola, sehingga seringkali kita melihat wajah di balik tirai, atau mengira ada sosok di sudut ruangan gelap. Ditambah lagi, efek sugesti dan imajinasi yang kuat membuat pengalaman seram terasa semakin nyata. Bahkan, jika kita percaya bahwa suatu tempat angker, suara angin pun bisa terdengar seperti bisikan makhluk halus. Konfirmasi bias pun bekerja: otak hanya memproses informasi yang menguatkan keyakinan bahwa ada sesuatu yang "tidak beres".

Dari sisi logika, sebenarnya banyak fenomena yang sering dianggap mistis dapat dijelaskan secara ilmiah. Misalnya, medan elektromagnetik tertentu di rumah tua bisa membuat seseorang merasa merinding atau seperti diawasi. Infrasound, yaitu suara berfrekuensi sangat rendah yang tidak terdengar oleh telinga manusia, juga bisa memicu rasa cemas, merinding, bahkan halusinasi ringan. Lingkungan yang lembap, gelap, atau berjamur juga dapat membuat suasana makin tidak nyaman dan memicu paranoia. Namun, otak manusia memang lebih suka cerita dramatis dan penuh misteri, sehingga penjelasan teknis seringkali kalah menarik dibandingkan kisah hantu yang menyeramkan.

Lalu, bagaimana cara mengatasi ketakutan pada hantu secara logika? Pertama, sadari bahwa rasa takut itu alami dan merupakan bagian dari mekanisme pertahanan diri. Jangan langsung percaya pada pikiran pertama yang muncul saat merasa takut. Cobalah untuk mengamati lingkungan sekitar secara rasional: apakah suara itu hanya angin? Apakah bayangan itu hanya efek cahaya? Kedua, biasakan diri dengan informasi ilmiah tentang fenomena yang sering dikaitkan dengan hantu. Semakin banyak tahu, semakin kecil kemungkinan otak "menipu" kita dengan sensasi seram. Ketiga, latih pikiran untuk tetap tenang dengan teknik pernapasan atau grounding---fokus pada lima hal yang bisa kamu lihat, dengar, dan rasakan saat itu juga. Terakhir, jangan ragu berbagi cerita dengan teman atau keluarga. Kadang, membicarakan ketakutan justru membuatnya terasa lebih ringan dan tidak menakutkan lagi.

Pada akhirnya, rasa takut pada hantu adalah kombinasi antara mekanisme psikologis, budaya, dan sedikit bumbu imajinasi. Dengan logika, pengetahuan, dan keberanian untuk menguji pikiran sendiri, kita bisa mengendalikan rasa takut itu. Siapa tahu, setelah memahami cara kerja otak, kamu justru bisa menertawakan "hantu" yang selama ini cuma ada di kepala sendiri. Jadi, lain kali kamu merinding di tempat gelap, ingatlah: mungkin itu hanya otakmu yang sedang bermain imajinasi, bukan makhluk gaib yang datang menakut-nakuti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun