Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Buku, Kunci Pejabat Melahirkan Kebijakan Bijak

27 September 2025   13:34 Diperbarui: 27 September 2025   13:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Gambar ini dihasilkan dengan bantuan AI 

Membaca buku bukanlah sekadar aktivitas pribadi yang bersifat hobi atau pengisi waktu senggang. Ia adalah sebuah refleksi universal yang berhubungan erat dengan pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup. Setiap halaman buku menyajikan jawaban, bukan secara instan, melainkan perlahan---seiring dengan proses berpikir, merenung, dan memahami.

Ungkapan "pertanyaan hidup terjawab perlahan lewat membaca buku" memiliki makna yang jauh melampaui konteks individu. Ia juga menyentuh ranah publik, terutama bagi mereka yang memegang amanah sebagai pejabat negara. Dalam ruang kepemimpinan, membaca bukan hanya soal menambah wawasan pribadi, tetapi juga bentuk investasi sosial yang akan berbuah pada kebijakan yang matang, bijak, dan berpihak pada rakyat.

Membaca sebagai Investasi Sosial

Seorang pejabat publik memikul tanggung jawab besar: memastikan pembangunan berjalan adil, kesejahteraan meningkat, serta menjaga keberlanjutan generasi mendatang. Semua itu menuntut pengetahuan yang luas, kedalaman analisis, dan ketajaman intuisi.

Buku menjadi media yang menyatukan ketiganya. Melalui buku, seorang pejabat dapat menyelami sejarah kebijakan, memahami teori ekonomi, menelaah filsafat moral, hingga memetik hikmah dari kisah nyata pemimpin terdahulu. Semua itu adalah bekal dalam menyusun langkah strategis, agar kebijakan yang diambil tidak semata reaktif, tetapi memiliki landasan pemikiran yang kokoh.

Membaca juga menumbuhkan empati. Seorang pemimpin yang rajin membaca karya sastra, misalnya, akan lebih mudah memahami penderitaan rakyatnya. Ia tidak hanya melihat angka statistik, tetapi mampu merasakan denyut kehidupan di balik data.

Membaca dan Kematangan Kebijakan

Seringkali, kebijakan publik diambil tergesa-gesa, dengan pertimbangan politis jangka pendek. Padahal, pembangunan dan keadilan membutuhkan perspektif jangka panjang. Inilah titik penting mengapa membaca menjadi krusial.

Buku mengajarkan kesabaran intelektual. Seorang pejabat yang terbiasa membaca akan belajar bahwa jawaban atas persoalan besar tidak lahir dalam satu malam. Ia lahir dari proses belajar terus-menerus, refleksi mendalam, dan pemahaman kontekstual. Dengan demikian, keputusan yang dihasilkan akan lebih matang, minim kesalahan, serta memberi dampak positif berkelanjutan.

Membaca dan Orientasi Keberlanjutan

Di era modern, tantangan pembangunan tidak hanya soal infrastruktur atau ekonomi, tetapi juga keberlanjutan: menjaga lingkungan, memperhatikan kualitas pendidikan, dan merawat kesehatan masyarakat.

Literatur global tentang sustainable development memberi banyak pelajaran bagi pejabat publik. Dengan membaca, mereka dapat mengadopsi praktik baik dari negara lain, menyesuaikannya dengan kondisi lokal, dan menciptakan kebijakan yang relevan serta visioner.

Seorang pejabat yang membaca akan memahami bahwa pembangunan bukan sekadar mengejar angka pertumbuhan, tetapi memastikan setiap langkah membawa manfaat bagi generasi mendatang.

Membaca, Jalan Perlahan Menuju Bijak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun