Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Financial

Utang di keluarga terus berulang? Saatnya putus siklusnya dengan langkah-langkah preventif dan komunikasi keuangan yang sehat.

18 Juli 2025   01:35 Diperbarui: 18 Juli 2025   01:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski dilanda masalah utang, keluarga tetap berusaha bersama mencari jalan keluar./Ilustrasi Gambar ini dihasilkan dengan bantuan AI. (17/7/2025)

"Kalau satu keluarga jatuh ke lubang utang yang sama, mungkin sudah waktunya berhenti menyalahkan nasib, dan mulai mengganti peta." --- Penulis Penuh Tanya

Utang bisa jadi jalan keluar, tapi juga bisa jadi lubang yang terus membesar kalau tak dikelola dengan bijak. Lebih rumit lagi jika urusannya menyangkut keluarga. Bukan hanya soal angka dan cicilan, tapi juga rasa sungkan, tanggung jawab moral, dan konflik emosional yang tak selalu mudah diurai.

Sayangnya, banyak keluarga di Indonesia terjebak dalam siklus utang berulang. Sudah dibantu, terulang lagi. Sudah diberi solusi, muncul masalah baru. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana mengenali pola ini, serta strategi konkret untuk memutus mata rantainya.

1. Kenali Pola Lama yang Terus Terulang

Langkah pertama untuk memutus siklus utang adalah menyadari bahwa ia ada. Banyak keluarga mengira utang yang terjadi hanya insiden sesaat. Padahal, jika ditelusuri, polanya bisa sama:

  • Berutang untuk kebutuhan konsumtif saat hari besar (Lebaran, tahun ajaran baru, pesta keluarga)
  • Gagal bayar cicilan kendaraan atau pinjaman online karena perencanaan keuangan minim
  • Mengandalkan satu anggota keluarga (biasanya yang paling mapan) untuk "selalu menyelamatkan"

Contohnya, seorang adik yang rutin mengambil cicilan gadget baru setiap tahun, lalu meminta bantuan kakaknya ketika tagihan menumpuk. Atau, orang tua yang meminjam dana talangan untuk biaya hajatan, tapi tidak punya rencana pelunasan.

Jika pola seperti ini terjadi dua kali atau lebih, besar kemungkinan kamu sedang berada dalam siklus utang keluarga.

2. Bangun Kesadaran Literasi Keuangan di Rumah

Salah satu akar masalah utama dari utang keluarga yang berulang adalah minimnya literasi keuangan. Banyak yang mengira, "selama bisa bayar cicilan, berarti mampu." Padahal, bisa bayar cicilan belum tentu sehat secara finansial.

Membentuk kesadaran finansial dalam keluarga bisa dimulai dengan:

  • Membahas perbedaan antara aset dan liabilitas secara sederhana
  • Mengenalkan konsep dana darurat, tabungan rutin, dan investasi
  • Menyisipkan edukasi keuangan saat obrolan santai keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun