Di tengah geliat pasar saham yang terus bergerak dinamis, banyak investor tergoda untuk percaya bahwa perusahaan luar biasa layak dibayar dengan harga berapa pun.
Narasi "selama perusahaannya bagus, tak masalah berapa harga sahamnya" sering bergaung di ruang-ruang diskusi investasi. Namun, narasi ini bisa menyesatkan.Â
Seperti ditegaskan dalam banyak literatur investasi klasik, harga selalu harus menjadi bagian dari pertimbangan, seberapa bagus pun kinerja perusahaan.
Mengambil analogi dari dunia olahraga, mari kita lihat Michael Jordan. Ia mungkin adalah pemain basket terbesar sepanjang masa.Â
Chicago Bulls dengan senang hati membayarnya $34 juta per musim di masa jayanya. Namun, bisakah kita membayangkan Bulls membayar $340 juta, atau bahkan $3,4 miliar, untuk satu musim? Tentu tidak masuk akal.Â
Ada batas ekonomi atas terhadap nilai yang bisa diberikan bahkan oleh seorang legenda seperti Jordan. Begitu pula dalam investasi saham --- sebaik apa pun perusahaan, harga saham yang dibayar tetap harus masuk akal secara logis dan rasional.
Optimisme yang Tak Terbatas: Ancaman Nyata di Pasar Modal
Pada akhir 1990-an, tepatnya menjelang puncak gelembung dot-com, dunia menikmati inflasi rendah dan pertumbuhan laba perusahaan yang luar biasa.Â
Saat itu, banyak investor menjadi sangat optimistis.Â
Mereka percaya bahwa era baru telah datang, di mana perusahaan-perusahaan digital akan menghasilkan pertumbuhan yang tak terbatas.Â