Mohon tunggu...
Harlinton Simanjuntak
Harlinton Simanjuntak Mohon Tunggu... Administrasi - Disciple

Gunung itu tempat terindah merefleksikan keagungan Sang Pencipta. Ayo daki gunung....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gereja dan Corona

7 Juni 2020   08:00 Diperbarui: 7 Juni 2020   08:05 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam – Mazmur 1 : 1-2”

Eksistensi Gereja baik sebagai sebuah institusi agama maupun pribadi orang percaya (red. orang Kristen) telah memiliki banyak peranan penting dalam sebuah negara maunpun dunia dengan berbagai fungsi dan perannya yang sesuai dengan tri tugas Gereja yaitu Koinonia, Diakonia, dan Marturia.

Di masa pandemi ini, Gereja bukanlah tidak mengalami gejolak. Sebagaimana negara maupun institusi agama lain mengalami imbas dari adanya pandemi ini, demikian pula dengan Gereja, ia juga mengalami dampak yang sama dari adanya pandemi yang terjadi saat ini.

Bahkan di beberapa kasus yang terjadi khususnya di Indonesia, beberapa Gereja juga menyumbang kasus positif corona yang tidak bisa dibilang kecil. Sehingga, Gereja tidak dapat menutup mata akan potensi risiko yang juga mungkin dialami oleh Gereja dari adanya pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa virus corona yang menyebabkan terjadinya penyakit Covid-19 ini berasal dari daerah Wuhan, China, untuk pertama sekali dan mulai menyebar hampir keseluruh negara yang ada di dunia ini. Bencana corona ini telah menelan lebih dari seratus ribu korban jiwa di seluruh dunia dan telah mengguncang stabilitas perekonomian dunia. Telah banyak yang dikorban dalam rangka penanggulangan Covid-19. Hak-hak masyarakat sipil banyak yang dikorbakan dan diberangus oleh pandemi Covid-19 ini. Virus corona tidak memandang korbannya, usia bayi hingga lansia, berstatus orang biasa hingga pejabat pemerintah, dari orang miskin hingga orang kaya, termasuk orang ateis hingga orang yang ber-Tuhan, semuanya tidak luput dari risiko dan bahaya virus corona. Banyak rencana dan program-program yang dicanangkan baik di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta, baik secara personal maupun secara komunal, semuanya terdampak akibat adanya pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona.

Corona memang mengancam kesehatan dan keselamatan Gereja. Tetapi, corona tidak dapat memisahkan kasih Allah terhadap Gereja-Nya. Corona memang menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran bagi Gereja, tetapi corona tidak dapat menghalangi dan membatalkan karya Allah melalui Gereja-Nya. Corona telah menimbulkan krisis di tengah-tengah Gereja, tetapi corona tidak dapat menghentikan Gereja untuk tetap dan terus berpengharapan kepada Allah.

Sejarah telah mencatat bahwa Gereja mampu bertahan bahkan di masa-masa sulit sekalipun. Lebih dari itu, sejarah Gereja menunjukkan bahwa Gereja mampu bertumbuh dalam keadaan sulit bahkan mencekam sekalipun, Gereja tetap eksis sampai hari ini. Ini semua bukan karena Gereja kuat dan hebat untuk mempu melalui setiap masa-masa sulit, melainkan ini semua terjadi karena Allah yang setia senantiasa menopang dan menolong Gereja untuk melalui setiap masa dengan setiap persoalan dan permasalahan yang dihadapi. Kesetiaan Allah dalam menyertai Gereja bukanlah semata-mata karena Gereja setia kepada Allah, melainkan kesetiaan Allah itu dilandasi oleh kemurahan Allah serta kekayaan rahmat dan kebesaran kasih Allah yang dilimpahkan-Nya kepada Gereja (Efesus 2:4).

Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam merespons pandemi virus corona ini membuat Gereja harus bijak dan berhikmat dalam menyikapi setiap kebijakan yang ada, terlebih untuk konteks Gereja di Indonesia.

Eksistensi Gereja di Indonesia telah mendapat ruang yang luas untuk ikut serta bersama-sama dengan pemerintah membangun bumi pertiwi Republik Indonesia yang diikat oleh ideologi Pancasila dengan slogan Bhineka Tunggal Ika.

Ketika masa-masa pandemi ini, semua terasa kaku, gelisah, khawatir, cemas, ragu, dan bingung. Bayang-bayang suram akan masa depan yang menggelisahkan. Gelisah akan masa yang tidak pasti dan harapan yang hilang karena masalah datang silih berganti, jiwa gelisah dipasung oleh maut, pupus sudah harapan akan masa depan yang cerah, corona telah mengubah semua persepsi manusia tentang dunia dan akhirat. Meski ada yang tetap teguh pada keyakinannya tetapi ada juga yang hilang arah dan jatuh ke lembah suram penuh kegelapan dan ketakutan.

Gereja harus melihat bahwa corona adalah tantangan sekaligus peluang untuk memberitakan kabar baik tentang kasih Allah bagi dunia. Hal yang tetap harus dilakukan dengan hikmat dan bijaksana yang dari Allah. Sebagaimana yang Alkitab nyatakan bahwa Gereja diperintahkan untuk memberitakan kabar baik tentang kasih Allah bagi dunia ini, bukan untuk menjadikan semua orang beragama Kristen (Mat. 28:16-20; Mrk. 16:15) memberdayakan pandemi ini sebagai sebuah kesempatan adalah tantangan bagi Gereja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun