Mengapa Produk Impor dari China Bisa Lebih Murah Daripada Produk Dalam Negeri? Ini Alasan Sebenarnya
Di era globalisasi seperti sekarang, bukan hal yang aneh jika Anda menemukan produk dengan label "Made in China" di hampir setiap sudut toko, marketplace, bahkan pasar tradisional sekalipun. Yang mengejutkan, sering kali harga produk impor dari China justru jauh lebih murah dibandingkan dengan produk serupa buatan dalam negeri.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di kota besar, tetapi juga merambah ke pelosok daerah melalui jalur digital dan e-commerce. Banyak konsumen bertanya-tanya: Kenapa bisa begitu? Bukankah biaya impor seharusnya membuat barang lebih mahal? Bagaimana mungkin produk yang harus dikirim dari luar negeri justru dijual lebih murah daripada buatan lokal?
Artikel ini akan mengulas secara mendalam perbedaan harga antara produk impor dari China dan produk dalam negeri, serta mengapa produk lokal bisa kalah saing dari segi harga. Pemahaman ini penting, baik bagi konsumen, pelaku usaha, maupun pembuat kebijakan di Indonesia.
1. Dominasi Produk China
China telah lama dikenal sebagai “pabrik dunia”. Negara ini menjadi raksasa manufaktur global karena kemampuannya memproduksi barang dalam jumlah masif dengan harga sangat kompetitif. Dari barang elektronik, pakaian, mainan anak, hingga peralatan rumah tangga – hampir semuanya bisa diproduksi secara efisien dan murah di China.
Banyak pelaku usaha di Indonesia (dan negara lain) memanfaatkan peluang ini dengan mengimpor produk dari China dan menjualnya kembali di pasar lokal dengan harga bersaing – kadang bahkan lebih murah dibandingkan barang lokal.
2. Perbedaan Harga: Studi Kasus Produk Impor vs Produk Lokal
Sebagai contoh sederhana, mari bandingkan dua produk: lampu LED dan pakaian anak-anak.
- Lampu LED 12 watt buatan China bisa dibeli dengan harga Rp 8.000–12.000 per unit dalam jumlah grosir.
- Sementara lampu LED buatan lokal bisa memiliki harga di kisaran Rp 18.000–25.000 per unit, tergantung merek dan saluran distribusinya.