Mohon tunggu...
Hariyawan Esthu
Hariyawan Esthu Mohon Tunggu... Ghostwriter -

Ghostwriter, peminat masalah sosial-budaya

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Terbang, Kesempurnaan Hakiki Honda Vario 150 eSP

30 April 2016   08:27 Diperbarui: 30 April 2016   08:39 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesempurnaan Vario 150 eSP yang berlogokan sayap Dewi Nike. * www.welovehonda.com

Berusahalah demi mengejar mimpimu.

Jika kamu gagal, bermimpilah hal yang lain,

lalu kejar kembali impian tersebut!”

-- Soichiro Honda

TERHITUNG mulai Mei 2016, Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan membatasi jumlah sepeda motor yang melintas di Jalan Sudirman hingga Bundaran Senayan. Sejauh ini, pelarangan sepeda motor baru diberlakukan di sepanjang Bundaran HI, Jalan MH. Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, dan depan Istana Merdeka. Kebijakan ini diambil, karena timbulnya kemacetan, terutama diakibatkan oleh peningkatan jumlah sepeda motor di jalanan ibukota. Tidak hanya Jakarta, kemacetan akibat motor roda dua terjadi hampir di seluruh kota besar di Indonesia.

Jika dilihat dari perkembangan jumlah kendaraan bermotor, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2000 kendaraan di Indonesia berjumlah total 18.975.344 unit, yang dalam lima tahun awal mengalami peningkatan rata-rata 4 juta unit pertahunnya. Pada 2005, jumlah kendaraan mencapai 37.623.432 unit. Hingga tahun 2008, rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan meningkat mencapai 7 juta unit pertahunnya, sehingga totalnya 61.336.644 unit. Pada 2009-2011, peningkatan lebih tinggi lagi, yakni sekitar 9 juta unit pertahunnya, menjadi 85.601.351 unit. Pada periode ini (2009-2011), berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), pertumbuhan penjualan sepeda motor mencapai angka rata-rata 19,15%. Data AISI menyebutkan, dalam sepuluh tahun terakhir, penjualan sepeda motor menyentuh angka 50,7 juta unit. Artinya, setiap hari rata-rata ada 13.891 sepeda motor yang menggeroyok pasar. Angka itu setara dengan rata-rata 578 motor per jam. Fantastis!

Pertumbuhan ini, meningkatkan kemacetan. Sebagaimana disampaikan Wohl et al dalam “Transportation Investment Pricing” (1984), kemacetan lalu-lintas terjadi apabila kapasitas jalan tetap, sedangkan jumlah pemakai jalan terus meningkat yang menyebabkan waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama.

Kemacetan berdampak sosial-ekonomi. Tamin (dalam Perencanaan dan Permodelan Transportasi, 2000), mengemukakan bahwa masalah lalu-lintas/kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan waktu (tundaan), pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga, rendahnya kenyamanan berlalu-lintas, serta meningkatnya polusi, baik suara maupun polusi udara.

Untuk Jakarta saja kerugian sosial-ekonomi akibat kemacetan ini pertahunnya bisa mencapai Rp28,1 triliun.

grafik2-572408d007b0bd93056e54ff.jpg
grafik2-572408d007b0bd93056e54ff.jpg
Sumber: Korp Lalu Lintas Mabes Polri. * olah data penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun