Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Hidup ala Mendiang Steve Jobs

31 Juli 2016   21:07 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:21 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“You can’t connect the dots looking forward, you can only connect them looking backward” (Steve Jobs)

Dia telah meninggalkan kita hampir 6 tahun silam. Namun, Steven Paul “Steve” Jobs masih menandakan jejak karya yang merubah dunia teknologi sekarang. Kita tak akan pernah lupa, melalui Apple, Steve Jobs telah memberikan warna tersendiri dalam bisnis berbasis teknologi. Steve Jobs merupakan pembaharu teknologi yang berani memperkenalkan sebuah perangkat komputer yang tidak hanya canggih tapi tampil estetik. Dia pulalah pionir revolusi microcomputer yang selanjutnya diaplikasikan dalam mobile devices ataupun tablet. Dari tangan dinginnya lahirlah brand legendaris Ipod, Iphone, Ipad, dan Mac. Kesuksesan fenomenal itu tak terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Steve yang panjang.

Tulisan ini saya rangkum dari pidato commencement Steve Jobs di Stanford University, sebuah perguruan tinggi elit yang sempat ia singgahi (akhirnya tidak lulus). Dalam pidato yang disampaikan tahun 2005 ini, Steve menceritakan perjuangan hidup dan memaknai segala yang telah dilaluinya. Dia memaparkan dalam 3 cerita:

1. Connecting the dots

Pada usia 17 tahun, Steve melanjutkan studi ke Universitas Stanford. Saat itu, dia merasa bersalah karena memilih universitas dengan biaya mahal. Setelah berjalan 6 bulan, Steve merasa tidak memperoleh manfaat dari kuliah yang dijalaninya itu kecuali hanya menghabiskan tabungan orang tua angkatnya. Dia juga merasa tidak ada yang menarik selama menjalani kuliah. Akhirnya, Steve memilih untuk drop out. Steve kemudian melanjutkan mengambil kelas kaligrafi di Reed College. Di sekolah tersebut dia belajar desain seni huruf indah, kombinasi huruf, hingga tipografi. Selama proses belajar itulah akhirnya Steve menemukan ketertarikannya pada bidang dimaksud.

10 tahun kemudian, ketika membuat desain komputer Macintosh pertama kali, Jobs menerapkan kemampuan seni tipografinya pada desaing Macintosh. Akhirnya, lahirlah komputer dengan desain tipografi indah pertama. Dari situlah, Steve Jobs menarik makna perjalanan hidupnya selama ini. “Jika saya tidak pernah keluar dari kuliah maka saya tidak akan mengikuti kursus seni itu, dan komputer tidak akan mempunyai tampilan yang indah seperti ini”, ujar Steve.

Steve menyimpulkan bahwa rangkaian kejadian hidupnya tidak mungkin dimaknai ketika dia menjalani kuliah. Segala hal itu hanya dapat dimaknai setelah ke belakang setelah 10 tahun berlalu.

You can’t connect the dots looking forward, yau can only connect them looking backward.

2. Love and loss

Apple didirikan oleh Steve Jobs dan sahabatnya Steve Wozniak tahun 1976. Diawali hanya dengan 2 orang dan berkantor di garasi. 10 Tahun kemudian, Apple tumbuh menjadi perusahaan yang memperkerjakan 4.000 orang dengan kekayaan $2 billion. Ironisnya, setelah satu decade itu Jobs justru dipecat dari Apple. Pasca kejadian itu, Steve Jobs sempat hampir frustasi. Hingga suatu saat dia merasakan ada sesuatu yang membuatnya tetap bertahan, yaitu dia mencintai apa yang selama ini dilakukan. Mulailah Steve mengulang kembali suatu pekerjaan dari awal. Lima tahun berikutnya, dia mendirikan perusahaan bernama NeXT dan Pixar. Pixar inilah yang selanjutnya memproduksi film animasi pertama Toy Story dan sekarang menjadi perusahaan animasi tersukses di dunia. Tak disangka, Apple akhirnya membeli NeXT dan kembalilah Jobs ke Apple. Teknologi yang dulu dikembangkan di NeXT telah menjadi teknologi yang diaplikasikan di Apple hingga saat ini.     

Kembali Steve Jobs mengungkapkan makna hidup dari kejadian-kejadian itu. “Terkadang hidup memberikan pukulan berat bagi kita. Janganlah hilang kepercayaan. Saya mencamkan bahwa satu hal yang membuat saya tetap bergerak adalah saya mencintai apa yang saya lakukan. Kamu harus dapat menemukan apa yang kamu cintai. Pekerjaanmu mengisi sebagian besar hidupmu, dan untuk menemukan kepuasan sesungguhnya percayailah bahwa kamu melakukan pekerjaan hebat. Dan untuk melakukan pekerjaan hebat adalah mencintai apa yang kamu kerjakan. Jika kamu belum menemukan apa yang kamu cintai, tetaplah mencarinya”. papar Jobs.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun