Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pengajar Anti Korup

21 November 2018   15:10 Diperbarui: 21 November 2018   15:10 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korupsi adalah musuh bersama. || Sumber Gambar: Instagram Mine Cartoon.

Korupsi berawal dari pikiran yang korup, begitulah kiranya kata yang tepat untuk menggambarkan soal bangsa ini. 

Bicara soal mental seseorang apalagi masyarakat secara umum tidak semudah membalikkan telapak tangan, kita perlu proses yang tidak sebentar tidak dalam hitungan hari, minggu, bulan ataukah hitungan tahun belaka. Kita membutuhkan upaya yang terintegrasi dengan langkah yang nyata dalam kehidupan sehari hari dan membutuhkan berpuluh tahun untuk mengubah korupsi yang telah berurat nadi, mendarah daging dalam budaya Indonesia. Dalam kasus ini bangsa kita tidak tegas dalam membedakan mana yang putih dan hitam, mana yang benar dan salah. Terkesan ada  pembiaran dalam menilai diantara yang jernih dan kelabu.

Pendidikan anti korupsi kita bisa asosiasikan sebagai bagian dari pendidikan nilai. Karena pendidikan nilai, tentu lebih banyak menekankan aspek rasa dari pada nalar. Selain itu pula, pendidikan anti korupsi disekolah lebih sulit dibanding pendidikan yang lain semisal ilmu pengetahuan dan keterampilan. 

Sebetulnya kalau kita mau berpikr begtu banyak sarana dalam mengajarkan sebuah nilai kejujuran. Bisa melalui lingkungan, nilai-nilai seseorang akan terbangun. Baik nilai positif maupun negatif. Interaksi sosial yang sesungguhnya lebih pas kita dijadikan media belajar siswa agar tidak terbiasa dengan sikap negatif.

Kerja sama guru di sekolah, orang tua dirumah dan masyarat di lingkungan yang lebih luas mutlak diperlukan dalam hal ini. Percuma pendidikan anti korupsi diterapkan disekolah jika  dilingkungan mereka selalu dipertontonkan prilaku yang buruk. Sesungguhnya PR besar saat ini ialah dapat memberikan teladan yang baik bagi generasi muda.

Karena  pendidikan anti korupsi termasuk mata pelajaran yang sulit, maka tidak kalah penting ialah kesiapan guru yang benar-benar kompeten. Guru memiliki peran penting untuk menciptakan keberhasilan siswa dalam studinya.

Kompetensi guru dalam pendidikan anti korupsi setidaknya memiliki empat hal: Pertama, seorang guru harus membuat siswa merasa nyaman dan dapat berintraksi dengan baik. Kedua, disiplin. Guru yang tidak disiplin menjadi potret buruk yang berimplikasi pada rusaknya citra guru di mata siswa. Ketika itu guru tak lagi dihomati, Apalagi diikuti. 

Ketiga, berpengetahuan luas dan menguasai materi. Keempat, dapat menjadi teladan. Dalam kerata basa, guru berarti digugu dan ditiru.  Mereka harus menjadi contoh yang baik bagi siswa. Terutama sikap dan perbuatan. Ironis, jika guru pengajar anti korupsi tersandung lakon korupsi. Contoh kecil adalah guru yang tidak disiplin ketika masuk atau keluar kelas.

Jika beberapa hal diatas sudah terpenuhi, maka keinginan untuk menciptakan budaya anti dan melawan korupsi tidak sekedar utopia atau bayang-bayang semu yang tidak mungkin terwujud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun