Mohon tunggu...
Hariman A. Pattianakotta
Hariman A. Pattianakotta Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuka musik

Bekerja sebagai Pendeta dan pengajar di UK. Maranatha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gereja yang Terus Menanti dan Melangkah

13 Desember 2020   21:30 Diperbarui: 13 Desember 2020   21:53 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini gereja-gereja sudah menapaki Minggu Adventus III di tahun 2020. Minggu-minggu Adven merupakan masa penantian kedatangan Yesus Kristus, Mesias dan Juruselamat dunia.

Kalender gerejawi selalu diawali dengan Minggu Adven. Adven menandai dan menjiwai kehidupan dan spiritualitas gereja. Gereja selalu hidup dengan harapan akan kedatangan Tuhan.

Harapan Adven itu tidak membuat gereja lari dan menjauh dari dunia. Sebaliknya, gereja mewujudkan harapan akan penantian itu dalam kekinian dengan aktif berkarya di tengah dunia tanpa kemelekatan pada dunia.

Gereja hanya harus melekat pada Allah di dalam Yesus Kristus, yang dalam Roh Kudus memelihara dan menuntun gereja pada masa depan. Spiritualitas ini yang membuat gereja terus melangkah dalam penyerahan diri pada Allah.

Gereja yang melangkah ini hidup dengan kegelisahan, bukan kenyamanan. Gereja menjadi komunitas embara yang selalu in via atau dalam perjalanan.

Karena itu, gereja in via ini tidak menggemukkan birokrasi. Ia tidak sekadar membesarkan gedung-gedung. Pun tidak terjebak dalam ritualisme, dan merasa bangga kalau penghadir dan persembahannya banyak. Gereja in via juga tidak terarah dan terpusat ke dalam.  

Gereja in via menanti dan melangkah sebagai murid Kristus yang setia menghidupi firman. Ia hidup dengan rasa cukup, sehingga sedia dan rela berbagi seperti orang Samaria yang murah hati. Berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan. Ia tidak memandang suku, ras, status sosial, bahkan keyakinan dan agama.

Gereja in via berfokus pada misi Allah. Misi Allah bukan kristenisasi, melainkan membangun peradaban yang manusiawi dan bermartabat. Karena itu, gereja tidak malu dan tidak takut berdiri bersama orang-orang kecil, kaum miskin, pelacur yang dipandang hina dan orang-orang yang termarjinalkan, serta para korban kekerasan HAM.

Karena karya pemanusiaan itu, gereja tidak sungkan dan takut untuk berdiri berhadap-hadapan dengan penguasa yang otoriter, pemimpin yang korup, baik di dalam kehidupan bernegara maupun di dalam kehidupan gereja itu sendiri. Sebab, inilah tugas profetis gereja.

Gereja melakukan mandat profetis itu tidak dengan kebencian, tetapi dengan cinta. Karena cinta akan kemanusiaan yang tanpa diskriminasi, Dietrich Bonhoeffer rela mati dibunuh rezim Hitler. Demikian juga Martin Luther King yang menentang rasialisme di Amerika Serikat. Atau, Romo Mangun yang setia mendampingi warga Kedung Ombo, dan itu berarti berdiri melawan Soeharto tanpa kekerasan di era Orde Baru.

Pilihan dan panggilan yang dijalani itu tidak mudah. Ada harga yang harus dibayar. Inilah yang membuat banyak orang memilih diam atau mundur. Sikap inilah yang sesungguhnya melanggengkan status quo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun