Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terapi Sudden Deafness dengan HBOT

23 Maret 2021   17:23 Diperbarui: 25 Maret 2021   10:09 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudden apa? Death? Sudden death?" Tanya saya saat menanyakan penyebab perempuan muda ini ikut terapi saat sama-sama di meja registrasi Gedung Hiperbaric 2, RS TNI AL Mintoharjo di Jalan Bendungan Hilir ini. 

Ya, tentu tidak ada penyakit namanya sudden death, adanya hanya istilah di olahraga untuk menjelaskan kompetisi di mana pertandingan berakhir begitu salah satu pihak unggul. 

"Deaf, Mas! Deaf!!! Hilang pendengaran mendadak..." Mba penjaga memperjelas sambil tertawa-tawa. Mungkin gemas melihat saya. Memang suaranya lembut sekali. 

Saya lihat sekilas di berkasnya, tertulis di sana namanya. Sebut saja Raisa*. Awalnya ia duduk menyendiri. Saya pikir keluarga TNI Angkatan Laut yang memanfaatkan fasilitas terapi. Tapi setelah beberapa kali saya coba ajak mengobrol dan berkenalan, barulah saya tahu ia salah satu tenaga ahli di balaikota.

"Oh ya? Dulu zaman Pak Ahok saya suka main-main ke balaikota," tanya saya berusaha mencairkan suasana. 

Dia tersenyum. Raisa menjelaskan bahwa pekerjaannya terlalu hectic dan sering begadang, yang mungkin menyebabkan tiba-tiba pendengarannya hilang begitu saja setelah bangun tidur.

"Sisa lima persen doang di sebelah kiri. Jadi kalau ngomong sama saya, Mas di kanan saya ya," terangnya. Oke, saya pun mau tidak mau harus terus berdiri di kanannya sambil mendekatkan kepala dan agak berteriak. Walau lama-lama saya pikir tidak perlu juga sih. Kan telinga kanannya masih berfungsi normal. Yang penting tidak dari sebelah kiri saja. 

Sambil menunggu antrian masuk di Gedung Hiperbaric 2 untuk mengikuti Hiperbaric Oxygen Therapy (HBOT), saya mencoba menggali keluhan masing-masing pasien. Kali ini ada Bu Etty yang baru selesai kemoterapi, syaraf kejepit, hipertensi, sekaligus diabetes. Akibatnya perlahan kakinya kebas, kehilangan rasa, dan akhirnya sulit berjalan. Ia terpaksa didampingi dan menggunakan kursi roda elektronik. 

"Ya ini awalnya jatuh. Lalu lama-lama kaki saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Setelah ikut terapi beberapa kali Alhamdulillah jari kaki mulai bisa digoyangkan. Moga-moga bisa jalan lagi," kata Bu Etty. Saya coba pegang kakinya perlahan, dan ia bereaksi. Artinya sekarang kakinya mulai membaik. 

"Dulu kalau dibegitukan tidak terasa apa-apa," seru Bu Etty. 

Raisa kemudian sibuk bertukar pengalaman dengan Bu Melia, yang juga merasakan hilang pendengaran mendadak. Bu Melia kemarin mengeluhkan stroke mini di sekitar telinga sehingga nyaris tidak bisa mendengar apapun, mirip keluhan Raisa. Tapi setelah mengikuti 6 kali terapi, ia mulai bisa mendengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun