Saya ingat tahun 2012, saat kampanye Pilkada DKI Jakarta usai dan Pak Jokowi dilantik sebagai pemenang, ada sebuah akun yang tiba-tiba muncul di timeline dan memproklamirkan dirinya sebagai akun pendidikan politik. Namanya Partaisocmed, dan di awal memang ia fokus membahas politik secara ringan.Â
Memang nyaris tidak ada isinya, tapi bahasanya cukup sederhana untuk dipahami anak-anak muda yang baru masuk politik dan giat bersosial media. Karena itulah beberapa orang dari kami membantunya untuk mendapat audiens, termasuk membuat acara deklarasi kesiapan Mahfud MD menjadi capres di Blok M.
Bukan tanpa pengorbanan kami membantu akun anonim tersebut. Beberapa kali membantu, saya setidaknya keluar uang untuk paling tidak membuatkan merchandise, xbanner, hingga spanduk ukuran 4 meter.Â
Sementara waktu itu saya hanyalah pekerja desain serabutan, yang tentunya uang segitu harusnya bisa dihemat untuk makan beberapa hari. Tapi tidak masalah, selagi edukasi yang diberikan adalah di dunia nyata dan memang benar ada manfaatnya, kami tidak keberatan urunan.
Namun seiring membesarnya audiens partaisocmed, beberapa keanehan dan watak aslinya mulai tampak. Ia senang mengurusi tetek bengek urusan pribadi orang lain. Termasuk saat salah satu rekan perempuan kami bertengkar dengan pasangannya. Ia merecoki seolah jadi pahlawan kesiangan, seolah ada physical abuse gawat yang mesti diselamatkan.Â
Padahal rekan tersebut sudah mewanti-wanti bahwa ia bisa mengurusi dirinya sebagai perempuan dewasa, tidak perlu ditelepon dan dihubungi bila tidak perlu. Ia menyatakan perhatian berlebihan tersebut mengganggu hidup dan kariernya.Â
Mungkin di dunia nyatanya, oleh perempuan ia sering tidak dianggap, sehingga terbentuklah inferiority complex dan akhirnya berusaha menunjukkan powernya kepada perempuan-perempuan yang sebenarnya tidak ia kenal baik.Â
Karena akhirnya makin lama perilakunya makin aneh, dan ia selalu ketakutan kalau anggota-anggota 99 armynya didata, maka saya memutuskan keluar dengan baik-baik, berpamitan. Dan walaupun saya ingin melanjutkan kehidupan sendiri, tak mau banyak-banyak bersinggungan dengan kelompok yang sering dijuluki bebek karena kebiasaannya menurut kepada apapun perintah partaisocmed.Â
Mereka, kelompok #99army ini, dengan gigih mencari apapun kesalahan dan fitnah yang bisa ditimpakan ke Hariadhi. Mulai dari tuduhan mendapat proyek PR setneg, menjual data relawan, berjualan akun ke perusahaan-perusahaan, korupsi donasi, menusuk Budiman Sudjatmiko dari belakang, hingga tuduhan saya mengasari perempuan. Sungguh ironi, seluruh tuduhan itu sampai 5 tahun belakangan, tak ada satupun yang sanggup mereka buktikan. Dan khusus tuduhan mengasari perempuan, mereka semua tutup mata kalau ketua umumnya si @partaisocmed sendiri, paling getol melecehkan perempuan.