Mohon tunggu...
Hans Tito
Hans Tito Mohon Tunggu... -

Pengamat Media & Sosial Politik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Antara Kambing Dibedakin dan Rasa Percaya Diri Ahok

17 Agustus 2016   12:01 Diperbarui: 17 Agustus 2016   12:38 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas.com

Sejumlah survey menyebutkan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok di atas kertas masih diunggulkan untuk kembali memimpin Jakarta periode 2017-2022. Popularitas Ahok terus menjulang setelah ditinggalkan Jokowi yang terpilih sebagai Presiden, 2014 lalu.

Ahok yang naik pangkat menjadi Gubernur karena “kecelakaan” politik, oleh sejumlah  kalangan -- utamanya ‘’pemuja’’ Ahok -- dinilai sukses membenahi Jakarta. Namun suara-suara miring terhadap Ahok juga cukup banyak, utamanya dari masyarakat yang kontra terhadap cara-cara bekas kader Gerindra dan Golkar itu dalam menggusur sejumlah permukiman padat penduduk di Ibu Kota.

Klaim bahwa Ahok sukses membenahi Jakarta mendorong para “pemuja” Ahok untuk mengumpulkan sejuta tanda-tangan sebagai tiket menuju DKI I lewat jalur perseorangan.  

Kepada wartawan, Ahok berulangkali menyatakan akan maju lewat jalur perseorangan. Namun belakangan, rasa percaya diri Ahok ternyata luntur.

Ahok yang belum percaya diri untuk bertarung sendiri, balik badan “meninggalkan” para ‘’pemujanya’’ yang telah ‘’berdarah-darah’’ mengumpulkan sejuta KTP warga Jakarta. Ahok berpaling pada tiga partai politik yang meminangnya.

Dari fakta-fakta tersebut terungkap, betapa Ahok telah mempertontonkan ambisi untuk mempertahankan kekuasaan. Tak peduli bila harus membuat kecewa Ahokers, pendukung setianya yang kini lebih banyak bergerilya di media sosial ketimbang langsung terjun ke kantong-kantong penduduk.

Diusung tiga partai politik saja Ahok masih kurang percaya diri. Sementara PDIP dengan pemilik kursi DPRD terbanyak di DKI tidak mau terburu-buru menentukan calon gubernur. Manuver demi manuver terus dilakukan Ahok. Di antaranya,  mengklaim bahwa ia sudah lama dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri. Masyarakat Jakarta pun dengan mudah membaca keinginan Ahok yang sangat berharap gerbong PDIP juga ikut mengusungnya.

Di internal PDIP sendiri, tampaknya ada dua pendapat yang berbeda: pendukung Ahok dan asal bukan Ahok. Semua kader PDIP boleh-boleh saja beda pendapat. Namun putusan terakhir ada pada Megawati. Drama penantian itu masih terus bergulir. Akan tetapi, sebagai partai politik yang punya massa akar rumput loyal dan kuat, siapapun calon PDIP, secara hitung-hitungan politik dipastikan menang.

Siapapun calon yang diusung PDIP akan menang, itulah poin utama pernyataan politisi PDIP Masinton Pasaribu, yang belakangan diributkan Ahokers. “Kambing dibedakin saja pasti menang”, oleh Ahokers sengaja dimaknai secara harafiah. Padahal, saya yakin bahwa Ahokers nggak bodoh-bodoh amat memahami maksud pernyataan Masinton.

“Kambing dibedakin”, hanyalah analogi sederhana yang menggambarkan bahwa siapapun calon yang diusung PDIP akan mampu mengalahkan Ahok. Kenapa? Ahok bukan manusia super yang tidak bisa dikalahkan.

Masinton, yang tercatat punya rekam jejak bersih dari korupsi, tentu saja telah mempertimbangkan pernyataannya itu. Sebagai aktivis kawakan, Masinton tidak perlu diajari membedakan mana makna kiasan dan mana makna sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun