Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isu "Hantu di Kantor", yang Menyiksa Batin

17 November 2019   13:41 Diperbarui: 17 November 2019   13:54 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang paling menakutkan bagi banyak orang adalah sesuatu yang justru tidak kasat mata, yang dinamakan hantu atau setan.Uniknya, rasa takut terhadap sesuatu yang tidak berwujud ini malah "diwariskan" turun-temurun oleh masyarakat seluruh dunia di segala abad. 

Di masyarakat kita, sejak kecil sudah terbiasa mendengar kata-kata: "Awas loh, di sana ada hantu". "Tempat itu ada 'penjaga'nya", atau penghuninya. Hanya mendengar ini, banyak orang sudah keder duluan, dan tidak berani mendekat atau berbuat macam-macam.

Masyarakat Kita bahkan mengenal beberapa istilah untuk makhluk-makhluk gaib itu misalnya setan, genderuwo, demit, dan sebagainya. Semua menakutkan.

Tapi hanya sebagian kecil dari manusia yang katanya punya kemampuan untuk melihat sosok-sosok ini. Kemampuan ini disebut sebagai kelebihan atau anugerah. Tetapi kenapa orang-orang yang tak dapat melihatnya justru ikut ketakutan? Jawabnya, karena rasa takut itu dipiara dalam hati atau pikirannya.

Contoh nyata. Penulis yang tidak dianugerahi kemampuan melihat hal- hal yang tak kasat di mata itu, kadang merasa takut juga hanya dengan membayangkan saja. Padahal sebenarnya tidak ada apa-apa.

Penulis pernah bekerja di sebuah kantor berlantai 5, di bilangan Salemba, Jakarta. Karena saat itu masih bujangan, dan rumah jauh, di Bogor, penulis sering menginap di kantor itu, terlebih kalau sedang ada pekerjaan yang harus diselesaikan.

Di lantai lima memang tinggal office boy, dan beberapa karyawan muda. Penulis yang sehari-hari berkantor di lantai 3, tidurnya di situ juga, di atas meja besar yang biasa digunakan untuk rapat. Atau kadang tidur di lantai dua, ruang serbaguna yang dilengkapi ratusan kursi busa seperangkat alat musik band. Atau kadang tidur di lantai paling dasar, di sofa bawah tangga.

Pokoknya, suka-suka hatilah mau di mana pun ingin tidur pada malam hari jika menginap di kantor. Tidak ada masalah sekalipun suasana gelap atau temaram karena memang disengaja. Hanya mengandalkan cahaya lampu penerangan dari luar sudah memadai. Dan itu sudah berlangsung 3 tahun.

Tapi situasi tiba-tiba berubah drastis. Gedung kantor  yang selama ini nyaman, aman, damai itu berubah menjadi menakutkan dan mengerikan semenjak kedatangan orang baru, seorang calon karyawan yang berasal dari Jombang. Anak remaja yang masih lugu dan rada pendiam ini bergabung dengan penghuni lama di lantai lima.

Awalnya dia hanya ngobrol dengan rekan-rekannya penghuni lantai lima. Entah serius atau tidak dia mengatakan bahwa gedung itu "berpenghuni". Dia bahkan menyebut posisi-posisi di tiap lantai di mana "sang penghuni gedung" itu berada. Di lantai dua misalnya, menurut dia, makhluk ghoib itu berdiam di samping alat musik drum.

Cerita ini pun menyebar ke seluruh gedung. Para karyawan yang menempati lantai 1, 3, 4 pun heboh. Ada yang percaya dan langsung ketakutan kalau sendirian di ruangan menjelang sore hari. Padahal sebelum itu, santai-santai saja menyelesaikan pekerjaan, walaupun rekan-rekan kerja di ruangan itu satu per satu sudah pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun