Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Ratna Sarumpaet, Siapa Lagi?

5 Oktober 2018   14:50 Diperbarui: 5 Oktober 2018   15:37 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ratna Sarumpaet akhirnya mengaku sendiri kalau dirinya adalah "pencipta hoax terbaik". Pengakuan "jujur" ini dia kemukakan setelah terdesak oleh sebuah kasus yang sangat memalukan belum lama ini.

Di awal bulan Oktober 2018, bertepatan dengan momen-momen peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Palu, Donggala (Sulawesi Tengah) berkaitan dengan musibah gempa dan tsunami di kawasan tersebut beberapa hari sebelumnya.

Tragedi ini sangat memilukan, karena tidak saja menimbulkan kerusakan yang amat parah dan luas, namun ribuan warga tewas! Wajar saja Kepala Negara memberikan perhatian yang sangat besar atas tragedi ini, apalagi beberapa waktu sebelumnya, energi dan perhatian beliau tercurah untuk Lombok, NTB, yang juga terkena gempa bumi. Ketika semua orang mencurahkan perhatian dan simpati untuk korban musibah Palu-Donggala dan sekitarnya, dunia medsos mendadak ramai dan hingar-bingar oleh berita yang sangat menarik, terlebih di tengah panasnya suhu politik menjelang pilpres ini.

Ratna Sarumpaet, budayawati, yang belakangan ini sibuk di ranah politik sebagai corong capres Prabowo-Sandi, diberitakan mendapatkan penganiayaan hebat dari beberapa orang tak dikenal. Saking dahsyatnya penganiayaan itu, wajah Ratna babak belur dan tampak mengerikan. Jagad maya pun geger.  Derita Ratna ini segera dikait-kaitkan dengan rivalitas capres yang semakin memanas. Kubu Prabowo langsung menggelar konferensi pers bahwa "juru kampanye mereka" dianiaya dengan cara yang sudah kelewat batas.

Namun sayang bagi kubu Prabowo-Sandi drama harus segera berakhir tragis, sebab semua teka-teki telah terkuak jelas. Setelah terdesak opini massa, Ratna akhirnya mengaku sendiri bahwa wajah babak belur itu adalah akibat dari operasi plastik yang dia lakukan pada 21 September 2018 lalu. Sama sekali tidak ada tindak penganiayaan dari pihak mana pun.

Banyak memang kejanggalan dalam kasus ini, yang bahkan seorang siswa SMP pun bisa tahu kalau ini hanya akal-akalan atau hoax. Dengan sendirinya, manuver politik busuk ini pun kandas dengan sangat memalukan dan memilukan bagi Prabowo-Sandi dkk.

Menciptakan hoax dan menyebarkannya di medsos memang menjadi salah satu senjata andalan bagi pihak-pihak yang sedang bertarung, terutama dalam hal ini di ajang pemilihan presiden (pilpres). Hoax ini diperlukan oleh pihak yang tidak merasa memiliki sesuatu yang positif untuk diberitakan untuk mempromosikan diri. Lalu mereka terapkan strategi akal bulus: "Kalau engkau tidak memiliki sesuatu yang baik, maka sebarkanlah keburukan lawan. Dan kalau lawan tidak memiliki hal-hal yang buruk, ciptakan sendiri keburukan lawan". Jahat sekali memang, terlebih bila gerakan ini dibumbui dengan ayat-ayat kitab suci.

Nah, prinsip inilah yang dianut oleh "mereka" untuk menghadang laju Jokowi yang terus berlari kencang menuju periode keduanya. Bagi pengguna aktif medsos, terutama Facebook, pasti bisa merasakan perang hoax ini sangat gencar dilakukan. Segala kerja yang baik dan positif yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam 4 tahun pertama pemerintahan, sama sekali tidak ada yang benar di mata mereka. Misalnya saja proyek-proyek jalan tol dan infrastruktur yang dibangun di mana-mana, dan jelas sangat bermanfaat untuk kemajuan generasi masa kini dan mendatang, bagi mereka tidak ada artinya sama sekali. 

"Makan tuh jalan tol dan infrastruktur, kami tidak butuh. Kami butuh harga telor murah", bunyi sebuah status di medsos. Ada pula yang menulis status yang bunyinya seperti ini: "Prabowo sudah naik haji, Jokowi sendiri kapan?" Padahal, bahwa Jokowi sudah pernah berhaji bersama keluarga, hal ini sudah diketahui oleh umum, apalagi foto-fotonya sewaktu berada di Tanah Suci pun sudah lama beredar di medsos. Dan masih ada banyak hal atau fakta yang sengaja diputarbalikkan dengan tujuan supaya reputasi pemerintah, secara khusus pribadi Jokowi tercoreng citra dan nama baiknya.

Yang paling membuat kita semakin antipati terhadap kaum penyebar hoax dan fitnah ini adalah ketika bencana alam pun disetting mereka sebagai kesalahan pemerintah, dan nama Jokowi dibawa-bawa sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinya bencana alam! Lebih seru lagi apabila bencana alam dan pemimpin ini dihubung-hubungkan dengan ayat-ayat agama. Maka orang-orang yang awam dan lugu pun bisa termakan hasutan. Lagi, dengan teganya ada yang berfoto ria dengan latar belakang reruntuhan bangunan akibat gempa sambil membentangkan poster: ganti presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun