Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sibuk Mencari Tuhan

13 Februari 2018   12:12 Diperbarui: 13 Februari 2018   17:22 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Bagi kebanyakan orang di masa kini, agama adalah segalanya. Hidup adalah agama, dan agama adalah hidup. Lebih baik mati tanpa agama. Maka tidak sedikit orang rela mati demi agama.

Defenisi agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah  yang berhubungan dengan  pergaulan manusia dan  manusia serta lingkungannya.

Sewaktu penulis masih sekolah menengah belasan tahun lalu, guru agama menjelaskan bahwa istilah agama itu berasal dari dua kata: a dan gamos. "A" artinya tidak, dan "gamos" kacau-balau. Jadi, masih kata guru agama saya waktu itu, "agama artinya tidak kacau". Dengan agama, maka manusia diajari hidup teratur, damai dengan sesamanya.

Agama itu indah. Agama mengajarkan kebaikan. Agama penganjur cinta damai dan kasih. Tidak ada agama yang menganjurkan kekerasan. Kalimat-kalimat di atas sudah terbiasa terlontar dari orang-orang, khususnya penceramah agama. Tetapi kenapa agama sering menjadi alasan melakukan aksi kekerasan, dan bahkan pembunuhan?

Ajaran agama mestinya membuat penganutnya memiliki budi yang luhur dan damai. Tetapi kenapa banyak orang yang mencaci-maki orang lain, membenci orang lain, didasari semangat agama? Ini juga pertanyaan klasik. Tiada bosan-bosannya penceramah agama mengatakan ini, dan tidak bosan-bosannya pula orang yang mendengar mengamininya dalam hati.

Setiap penceramah mengulangi kalimat-kalimat sakral di atas dengan suara yang bersemangat dan berapi-api, para pendengar dengan semangat menyahut: amiiiiiiiiiiiiin. Terlepas dari apakah mereka mengerti atau tidak, paham atau bukan.

Orang-orang yang sedang mengikuti ibadah dan mendengarkan ceramah agama, rata-rata duduk tenang dan menundukkan wajahnya menatap lantai, seolah segan, malu atau sungkan melihat penceramah. Begitulah kebanyakan masyarakat kita. Betah mendengar ceramah. Bersemangat menyahut pertanyaan yang semua orang sudah tahu jawabnya. Namun soal pengejawantahan, hanya Tuhan jua yang tahu.

Tuhan menurunkan agama kepada umat manusia, sebagai tuntunan hidup, sebab pada dasarnya  manusia itu "liar" dan tidak beradab. Manusia memang dikaruniai akal dan otak, nurani dan kecerdasan. Itu pula yang membedakan kita dari makhluk-makhluk ciptaan lain. Dengan segala anugerah khusus tersebut di atas, umat manusia mestinya hidup dalam kedamaian dan ketenteraman. Saling asih asah asuh. Tiada perang, tiada perselisihan. Semua sadar bahwa kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang Mahapencipta itu adalah sesuatu yang harus dinikmati dengan penuh syukur.

Tuhan mahatahu. Dari zaman ke zaman DIA mengutus para nabi dan rasul untuk memberikan petunjuk dan tauladan bagi umat manusia. Para nabi dan rasul mengingatkan manusia tentang Tuhan dan sorga, iblis dan neraka. Surga bagi orang yang melakukan perintah Tuhan, dan neraka bagi yang suka membangkang ajaran Tuhan.

Dalam ajaran agama, inti perintah Tuhan sangat jelas dan tegas: hiduplah dengan damai dan saling mengasihi. Sangat jelas, sebab Tuhan adalah mahapengasih, mahapendamai, mahapemurah. Tidak ada orang yang menyerukan "Tuhan yang mahapemarah", atau "mahapengacau". Tuhan mahapengampun, bukan maha-pendendam.

Tetapi kenapa kebanyakan umat beragama justru lebih suka mendemonstrasikan aksi-aksi yang sebenarnya jauh atau menyimpang dari anjuran agama? Membela agama? Atau membela Tuhan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun