Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Memilih Instruktur Atau Guru Musik

21 Oktober 2013   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:13 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13823364651351526488

Pentingnya pendidikan musik untuk anak sudah mulai di pahami orang tua.  Terlebih setelah sekolah-sekolah umum memperkenalkan istilah multiple intelligence dari pemikiran Howard Gardner, dan meningkatnya kelas menengah di Indonesia membuat menjamurnya sekolah atau les musik.  Mulai dari yang freelancer, rumahan maupun yang franchise, sampai yang mendekati akademis, sekolah dan/atau les musik berkembang sedemikan rupa.  Sebagai orang tua, kadang kita akhirnya dibingungkan dengan banyak pilihan "merk"  sekolah dan kursus yang terbaik buat anak-anak kita.   Dan akibatnya sering kita memilih berdasarkan feeling atau sekedar rekomendasi teman, keluarga yang mungkin juga tidak begitu mengerti.  Hal inilah yang membuat turnover keluar masuk atau pindah les atau bahkan berhenti dan membenci les musik terjadi. Untuk memilih sesuatu kitha harus menentukan tujuan terlebih dahulu.  Sebagai orang tua, bahkan mungkin lebih dari 90% dari kita memasukkan anak ke les musik tujuannya adalah supaya anak saya berani tampil, punya kegiatan, punya komunitas, mengembangkan otak kanan, supaya kreatif dan beberapa alasan lainnya yang ternyata tidak fokus ke bermain alat musik itu sendiri.  Istilah pendidikannya adalah lebih ke soft skill anak tersebut.   Disinilah pentingnya kita membedakan antara  guru dan istruktur musik.  Hampir 99% lebih les-les musik yang di luar sekolah umum adalah instruktur bukan guru musik. Perbedaan mendasarnya adalah instruktur hanya bertanggung jawab terhadap hard skill anak didik.  Sedangkan guru bertanggung jawab lebih luas yaitu ke soft skill dan juga character development (perkembangan karakter) dari anak kita. Jadi, kalau memang fokusnya untuk mengembangkan hard skill saja, maka pilih les-les yang memang fokus di sana.  Biasanya instruktur sangat ketat dalam latihan, rehearsal, dan output utamanya adalah performance di panggung.   Dan juga instruktur mendidik supaya anak didik menjadi profesional di bidang musik.  Guru musik, sebagai kontras, memiliki pendekatan mengaktifkan kecerdasan musikal sehingga kreatifitas anak akan muncul.   Hard skill bukan menjadi tujuan utama di awal-awal pembelajaran.   Hard skill diberikan cukup untuk membuat anak didik tertantang untuk dan tertarik belajar lebih.  Setelah itu anak akan terus bertanya dan hard skill akan di tambahkan berdasarkan minat dan ketertarikan.  Tugas guru musik disini  lebih sebagai fasilitator dan coach dari anak didik.   Sebab itu, kedekatan hubungan antara seorang guru musik dan anak biasanya akan melebihi instruktur musik.  Guru menjadi ayah, ibu, atau kakak, bahkan teman belajar anak didik.  Tabel berikut bisa mempermudah kita untuk melihat perbedaan antara keduanya, dan menentukan pilihan yang terbaik untuk anak kita. [caption id="attachment_273147" align="aligncenter" width="646" caption="Instruktur Vs Guru Musik"][/caption] Kesimpulan yang bisa di ambil adalah apabila anak kita memang sudah teridentifikasi punya bakat unggul dan bisa jadi Mozart, Bethoven, atau Herbie Hancok yang baru.  Memiliki instruktur musik yang tepat itu lebih baik.  Tapi apabila tujuan akhirnya tidak menjadikan anak kita musisi profesional, memilih gaya pengajaran guru musik adalah jauh lebih tepat.  Memaksakan ke anak kita suatu pembelajaran gaya militan yang instruksional bahkan dapat berdampak anak kita membenci musik.  Inilah yang harus kita hindarkan, karena jadi profesional atau tidak semua anak membutuhkan pendidikan musik. Richard Gill, seorang pakar pendidikan musik dari Australia mengatakan:

A truly educated mind has had music as part of its education. Every child in this country should have an opportunity to have a truly educated mind. (Sumber)

Pendekar Solo


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun