[caption id="" align="aligncenter" width="425" caption="Jangan Lupakan Reformasi 1998!"][/caption] Tulisan Romo Benny berjudul "Revolusi Mental" di Koran Sindo dipermasalahkan lawan-lawan politik Jokowi. Tulisan Jokowi di Kompas berjudul yang sama dianggap plagiat dari Romo Benny. Membaca kedua tulisan tersebut, jelas tulisan Romo Benny adalah opini terhadap Revolusi Mental-nya Jokowi.  Tulisan Jokowi adalah penjelasan lebih detil apa yang dia maksud Revolusi Mental.  Salahnya dimana? Bagi yang berminat bisa membandingkan kedua tulisan tersebut (Tulisan Romo Benny, Tulisan Jokowi). Terlebih lagi, ratusan tulisan bertajuk revolusi mental selain Romo Benny ada di sosial media.  Bahkan, di kompasiana sendiri bisa di cek disini.  Penulis sendiri sudah menulis beberapa opini tentang Revolusi Mental sejak kata itu dilontarkan Jokowi. Dari hal ini, penulis melihat bahwa ada perbedaan cara pandang kelompok "ala Jokowi" dan "asal bukan Jokowi".  Falsafah jawa mengatakan "Bener nanging ora pener" (Betul tapi tidak tepat).  Kelompoak ABJ adalah kelompok yang selalu bermain di ranah normatif, legalis, dan pragmatis.  Persis seperti apa yang sedang terjadi di Indonesia ini. Visi, misi, program, anggaran semua sudah ada dan "Benar" tapi ternyata tidak "Pener" atau tidak pas karena orangnya yang tidak pas. Itulah yang sedang terjadi di Indonesia.  Dan itulah sebabnya  revolusi mental adalah sebuah terobosan pemikiran politik. Revolusi mental  melanjutkan semangat reformasi 1998 yang ternyata baru di tahap institusi dan belum ke-orangnya.  Itulah semangatnya.  Itu sing bener lan pener! (benar dan tepat).  Hal ini serupa dengan revolusi kemerdekaan. Semangat lepas dari kolonialisme yang terpenting dan esensi.  MERDEKA atau MATI!  Tidak ada pilihan yang lain.  Bukan merdeka dibawah belanda, atau jepang.  Merdeka ya merdeka. Semangat inilah API yang di letupkan oleh Jokowi, sementara yang lain tidak menangkap.  Pilihannya REFORMASI atau ORBA.  Tidak ada pilihan yang lain.  Big push, middle push, ataupun, small push jadi tidak penting kalau semangatnya melestarikan Orba dan melupakan/menyelewengkan Reformasi 1998.
Reformasi belum selesai. Â Titik.
Dan penting diingat baik-baik, reformasi TIDAK MUNGKIN di lakukan oleh pihak-pihak yang mau direformasi. Yang mau direformasi itu adalah Suhartoisme, mana mungkin pendukung Suharto mau menjalankan reformasi? Jangan beropini yang melebar kemana-mana, yang mampu mengemban amanah reformasi 1998 itu yang bener lan pener. Â Bervisi besar/bagus/dahsyat/luar biasa, apapun kalau tidak mampu mengemban amanah reformasi 1998 itu cocok dikatakan bener tapi ora pener. Pendekar Solo