Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pendidikan Digital adalah Tombol Reset Ekonomi Global

28 November 2015   15:33 Diperbarui: 28 November 2015   15:33 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sumber : EdTechEurope.com

Pendidikan digital adalah tombol reset ekonomi global.  Pernyataan tegas dari Benyamin Vedrenne di perhelatan EdTech Europe. Pernyataan ini bisa dikatakan sebagai jawaban atas  pro/kontra dari pemerhati ataupun praktisi pendidikan mengenai isu "coding" masuk kurikulum. Benyamin Vedrenne sendiri adalah founder dari EdTech Europe, sebuah konferensi terbesar di dunia yang mengumpulkan para pemikir, inovator, dan investor di bidang pendidikan digital.  Artinya, kredibilitas dari pernyataan ini layak diperhitungkan.

Ketika Menteri Rudiantara dan Anies Baswedan "sepakat" untuk memasukkan coding sebagai bagian integral dari kurikulum nasional, saya pribadi adalah kelompok yang bersukacita kegirangan.  Akhirnya, bangsa ini melihat!  Begitulah kira-kira isi hati saya.  Bangsa ini akhirnya mampu untuk:

  • Melihat bahwa teknologi bukanlah sekedar tambahan dalam pendidikan tapi bagian yang terintegrasi
  • Melihat bahwa antara pendidikan dan dunia nyata harus berhubungan. 
  • Melihat bahwa dengan strategi pendidikan yang tepat bangsa ini akan mampu menjadi "one of the best nations"
  • Melihat bahwa dibawah Jokowi, menteri-menteri memiliki ruang kreatifitas untuk tampil terbaik dibidang masing-masing.
  • Melihat bahwa akhirnya Indonesia akan mampu bersanding dengan raksasa-raksasa teknologi yang lain
  • Melihat bahwa ada HARAPAN.

Koq sampai sejauh itu ekspektasinya?  Apakah tidak terlalu over optimis? Anak-anak diajar coding atau pemrograman apa hebatnya? Ini cuma mengembalikan pelajaran TIK ke dalam kurikulum, ga efek banyak.  Kira-kira itu yang saya tangkap dari kelompok pesimis dari kebijakan kolaborasi Rudiantara & Anies Baswedan.

***

Dalam konteks "pendidikan dasar", mata pelajaran diberikan bukan menjadi anak-anak ahli dibidang itu.  Tapi anak-anak terekspose dengan mata pelajaran tertentu untuk dikembangkan kemudian seperti dunia nyata.  Dan juga anak-anak diasah untuk menjadi pembelajar sebagai hasil akhirnya.  

Kecepatan teknologi membuat kita tidak bisa membayangkan pekerjaan-pekerjaan dimasa depan.  Banyak pekerjaan yang tidak ada waktu disekolah sekarang ini menjadi pekerjaan incaran.  Disruptive apps seperi Facebook, Twitter, Skype, Alibaba, Uber, AirBandB, sampai Go-Jack adalah studi kasus nyata bahwa dunia SUDAH BERUBAH.  

Teknologi sudah menjadi bagian kehidupan.  Dan kurikulum yang baik adalah kurikulum yang mampu menyiapkan masa depan, dalam konteks "kekinian", tanpa melacurkan nilai-nilai dasar kehidupan.  Coding sebagai ketrampilan jelas dibutuhkan masa kini dan masa datang.  Tapi lebih luas dari sekedar ketrampilan, mempelajari algoritma dalam coding dan menyiapkan sebuah "apps" yang menjadi solusi sebuah permasalahan sehari-hari akan memberikan anak didik lebih.  Anak-anak disiapkan menjadi PENCIPTA (Creator) bukan sekedar PENGGUNA (User).

Proses coding sendiri hanya bagian dari dari suatu proses panjang yang dimulai dari Produc Vision, Business Model, Business Process, sampai kepada interaksi kepada orang lain (user requirement), keuangan, sampai kepada public service.  Jadi sangat luas manifestasi dari "pelajaran coding" itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun