“Kamu asal dari mana?” aku bertanya dengan pertanyaan yang amat template di masa pengenalan kampus bagi mahasiswa baru saat itu.
“Aku dari Medan.”
“Jambi”
“Palembang.”
“Kalau aku deket sih, Jaksel.”
“Pamulang.”
“Bekasi”
Mereka menjawab dan memberikan pertanyaan feedback serupa. Jauh-jauh ya? Walau ada juga sih yang deket, tapi kali ini aku mau bahas mereka yang dari luar daerah sana, karena kalau bahas depok atau jakarta sudah pasti daily life mereka gak jauh beda, ketemu macet, ketemu KRL, ketemu seblak, ayam geprek, cendol upsss jadi ngelist menu kan tuh, jadi kita bahas yang dari luar kota jabodetabek aja yuk
Medan, dengar kata itu tuh udah langsung identik aja sama aksen khasnya, aksen khas yang abang-abang-an banget dan udah pasti atau enggak juga sih, nularin orang yang ada di sekitar dia. Aku bertemu dia saat selesai ambil almamater dan foto KTM, dia dengan santainya duduk di dekat pintu keluar pengambilan sambil menanyakan tiap-tiap orang yang lewat.
“Almetmu ukuran apa? Kalau M mau ganti ga sama punyaku? Aku S dan ini kebesaran banget.” Katanya dengan logat yang sepertinya aku pernah dengar entah dimana.