Mohon tunggu...
Hanif Tsabitul Azmi
Hanif Tsabitul Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang, sedang menempuh perjalanan panjang. Ketertarikan saya pada isu pendidikan, sosial-politik, sebagai gambaran secara umum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Upaya Nilai-Nilai Terkandung Dalam Pendidikan

3 Oktober 2025   10:24 Diperbarui: 3 Oktober 2025   10:24 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Pancasila, terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan dalam tiap butir sila-silanya. Nilai-nilai tersebut terkandung di dalamnya, sebagai berikut:

1. Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai religius merupakan keterkaitan nilai dengan individu sehingga membuat suatu pandangan yang dianggap sebagai kekuatan, sakral, suci, agung, serta mulia. Memahami ketuhanan ini sebagai pandangan hidup sebagai perwujudan masyarakat yang berketuhanan mengenai keyakinan sehingga membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat dalam mencapai keinginan Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan merupakan butiran di setiap perbuatan yang baik.

2. Kemanusiaan (Moralitas)

Dalam sila kedua, menurut Nurgiansah & Al Muchtar (2018) mengenai sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung makna pembentukan kesadaran akan keteraturan sebagai prinsip hidup, sebab setiap individu memiliki potensi untuk berkembang menjadi manusia yang beradab. Masyarakat dengan peradaban maju akan lebih mudah menerima kebenaran secara tulus, lebih mampu mengikuti aturan dan pola hidup yang tertata, serta memahami hukum universal. Kesadaran ini menjadi pendorong untuk membangun kehidupan bersama dan alam semesta demi tercapainya kebahagiaan melalui usaha yang sungguh-sungguh. Nilai tersebut dapat diwujudkan dalam sikap hidup yang harmonis, penuh toleransi, dan menjunjung perdamaian.

3. persatuan Indonesia (Nasionalisme)

Persatuan dimaknai sebagai kesatuan dari berbagai bagian yang ada. Kehadiran bangsa Indonesia di dunia bukan untuk berselisih, melainkan untuk menumbuhkan kasih sayang di antara seluruh suku bangsa dari Sabang hingga Merauke. Persatuan Indonesia tidak boleh dipahami secara sempit atau dogmatis, tetapi harus menjadi sarana bagi bangsa untuk menilai diri sendiri secara objektif dalam konteks global. Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir melalui sejarah perjuangan panjang, terdiri dari beragam suku bangsa, dan perbedaan tersebut bukanlah pemicu pertentangan, melainkan menjadi dasar yang memperkuat persatuan Indonesia.

4. Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kebersamaan dengan orang lain, di mana interaksi tersebut biasanya melahirkan kesepakatan serta sikap saling menghargai berdasarkan tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip kerakyatan menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia dengan mengerahkan seluruh potensinya dalam menghadapi tantangan dunia modern. Kerakyatan yang sejati ditandai dengan kemampuan mengendalikan diri dan keteguhan dalam menghadapi pergolakan besar demi mewujudkan perubahan dan pembaruan. Sementara itu, hikmah kebijaksanaan mencerminkan kondisi sosial ketika rakyat mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu bangsa, sekaligus melepaskan diri dari pandangan sempit yang didasarkan pada kepentingan kelompok atau aliran tertentu.

5. Keadilan Sosial

Nilai keadilan mengandung prinsip menjunjung tinggi norma yang berlandaskan ketidakberpihakan, keseimbangan, dan pemerataan. Cita-cita bangsa dan negara Indonesia adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Hal ini berarti membangun kehidupan masyarakat yang bersatu secara harmonis, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Segala upaya ditujukan untuk mengoptimalkan potensi rakyat, membentuk karakter, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sehingga kesejahteraan dapat dirasakan secara merata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun