Mohon tunggu...
Hanif Al Fath
Hanif Al Fath Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka masa lalu, gamonan dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Nasionalisme dalam Hal-Hal yang "Disepelekan"

19 September 2022   08:46 Diperbarui: 19 September 2022   08:48 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengapa fotonya didalam stadion? alasannya adalah didalam stadion terutama Timnas Indonesia sedang bertanding melawan negara lain, dari situ muncullah banyak lagu-lagu nasional, dan akhirnya semua orang yang nonton merasa nasionalismenya tinggi karena membela negara sendiri dan bisa menjadi chauvinisme karena mengejek pemain Vietnam pada saat bertanding.

Apa sih definisi Nasionalisme, Nasionalisme menurut Sarman (1995) ialah "kecintaan terhadap tanah air yang tanpa reserve, yang merupakan simbol patriotisme heroik semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah menghalalkan segala cara demi negara yang dicintai". Definisi ini sudah tidak relevan dengan persoalan masa kini karena sudah tidak ada lagi penjajahan dan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialis (padahal masih ada penjajahan tapi kita masih tidak menyadarinya aja). Akan tetapi pada masa sekarang, Nasionalisme menjadi permasalahan yang hangat terutama di kalangan elit politik, Pak Sartono Kartodirjo (2001) prihatin terhadap pertikaian antar elite politik di Indonesia, beliau menilai bahwa etos nasionalisme para elite politik Indonesia menipis dan Pak Sartono menyarankan agar para elite politik Indonesia segera mempelajari kembali sejarah pergerakan nasional melalui biografi tokoh-tokoh pergerakan nasional.

Prabowo (1995) juga mengatakan sebagian generasi muda Indonesia saat ini mengalami "Erosi Nasionalisme", menurutnya hal ini ditandai dengan sikap sebagian generasi muda yang kurang menghayati simbol-simbol kebangsaan, seperti lagu Indonesia Raya dan bendera Merah-Putih. Padahal kita sebagai anak muda yang notabene merupakan penerus bangsa, tapi malah banyak lupa akan budaya dan tradisi asli Indonesia, bangga akan produk luar negeri serta kurang dalam mengamalkan sila-sila Pancasila yang otomatis banyak nilai-nilai kehidupan. Malah ngeritik anak muda WKWKWK. 

Intinya dari semua definisi para ahli, Nasionalisme mengarah kepada suatu konsep mengenai jati diri kebangsaan yang berfungsi dalam penetepan identitas individu di antara masyarakat dunia. Hakikat Nasionalisme ialah suatu ideologi negara modern seperti halnya demokrasi dan Komunisme, bahkan Imperialisme dan Kolonialisme merupakan bentuk dari nasionalisme yang bersifat ekspansif (Hosbawm, 1992).


Kembali ke konteks judul "Hal-Hal yang di Sepelekan", Mengapa ada kata "sepele"? karena banyak orang cuma menganggap sebelah mata saja aktivitas yang dilakukan oleh suatu kelompok. Supporteran misalnya, kemarin saat final piala AFF U-16, banyak orang yang antusias terhadap pertandingan itu, mungkin menjadi obat kangen karena pandemi Covid kemarin. Pada saat supporteran, kita bisa menemukan berbagai macam orang, kita bisa menemukan orang yang kelas sosialnya berbeda, pemahaman sepak bola, hobi,
hiburan dan lain-lain. Walaupun banyak individu yang berbeda-beda, akan tetapi pada saat malam itu juga kita bisa bersatu dalam menonton sepak bola, akibat dari Nasionalisme untuk menonton bola maka muncullah gotong royong dalam hal mendukung TImnas Indonesia. Apalagi kita sebagai rakyat Indonesia yang dimana sudah mendekati tahun-tahun pemilu, akan banyak bermunculan polarisasi masyarakat karena berbeda pandangan politik saja, tetapi "kita bisa bersatu walaupun telah dicerai-beraikan oleh parpol dan ormas dan kita disatukan Timnas. Terima Kasih sepak bola." (@mlwnadalahkunci ) 

Hal-hal yang disepelakan lainnya ialah Rokok, Udud juga termasuk simbol nasionalisme pada saat Indonesia belum merdeka, lah kok bisa? "padahal rokok itu tidak sehat", "rokok bisa membuatmu cepat mati". Saya jadi teringat dengan quotes Mbah Tedjo " Ndak Merokok tapi dendaman ya sama aja jantungnya hancur, CUK!", ingat juga ngendikan kyai saat ngaji kitab percaya rokok bisa membunuhmu itu juga termasuk syirik keci juga loh heheheh


Rokok tak melulu urusan tembakau dan asap, akan tetapi Rokok juga turut menyumbang khasanah humor dan spirit Nasionalisme Indonesia. Bahkan para Mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda pada saat Indonesia belum merdeka, mereka mengadakan pertemuan Perhimpunan Indonesia di Leiden, dalam konferensi tersebut semua protokoler harus berciri Nasional Indonesia, seperti bahasa yang dipakai harus bahasa Jawan dan Melayu, makanan dengan cara menghidangkannya pakai tangan atau dipuluk, dan ada yang paling menarik yaitu disuguhkan rokok kelobot ( kretek yang dibungkus dengan daun jagung) Fakta Sejarah di atas bisa ditafsirkan bahwa aroma pergerakan nasional sangat kuat di tengah kepulan asap yang dihasilkan oleh rokok kelobot.


Rokok Kelobot menjadi salah satu menu yang digunakan sebagai sebuah simbol pergerakan nasional, ketika para mahasiswa Indonesia menutut ilmu di Belanda, dengan pernyataan diatas ini bahwasannya masyarakat Indonesia zaman sekarang harusnya diajak memahami bahwa budaya merokok bukan melulu untuk memenuhi hasrat pribadi, tapi sebagai cermin semangat nasionalisme kebangsaan yang terdapat di jiwa generasi muda yang bersekolah di Belanda, dan para putera terbaik bangsa mewariskan cerita apik bagaimana mereka memaknai keindonesiaan lewat sebatang rokok.


Dirgahayu Indonesia


- Stadion Maguwoharjo Sleman, 12 Agustus 2022 

Sumber :
Hobsbawm, E. (1992). Nasionalisme Menjelang Abad 21. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Kartodirjo, S. (2001). Biografi Tokoh Nasional. Kompas.
Kusumawardani, A., & Faturochman. (2004). Nasionalisme. Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, Desember 2004, 61-72.
Prabowo. (1995). Terjadi Erosi Nasionalisme Kaum Muda. Kompas.
Sarman, M. (1995). Memaknai Kembali Nasionalisme. Kompas.
Sri Margana dkk . (2014). Kretek Indonesia Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya. Yogyakarta: Sejarah FIB UGM.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun