Menceritakan suksesnya orang lain di depan anakmu itu tidak adil.
Anakmu dan anak orang lain itu berbeda. Berbeda cara pandangnya. Berbeda cita-citanya. Berbeda latar belakangnya.
Wait. Semua itu tidak membuatnya berfikir akan jadi seperti itu. Jadi seperti itu malah sudah ketinggalan jaman.
Kalau yang kamu banggakan itu seumuran anakmu. Anakmu tidak bisa menggapai perguruan tinggi atau tidak secerdas anak orang lain itu. Tanyakan pada dirimu, apakah fasilitas yang kamu berikan pada anakmu sama dengan fasilitas anak orang lain itu?
Kalau anakmu sekarang sudah tidak ingin membebani kamu. Dia bekerja keras dengan jerih payah sendiri apakah mau dibandingkan dengan anak orang lain yang masih difasilitasi orang tuanya?
Kalau yang kamu banggakan itu sudah bekerja sukses (versimu) dengan anakmu yang sudah bekerja umurnya jauh dibawahnya, apakah tidak malu?
Dia yang kamu anggap sukses sudah berkeluarga dan mempunyai tanggung jawab besar kepada keluarga. Apakah sepadan dibandingkan dengan anakmu yang masih muda berproses menuju suksesnya tanpa minta fasilitas darimu?
Apakah dia tau akan dilahirkan oleh keluarga sepertimu?
Apakah anakmu itu bisa memilih orangtuanya?
Mau bagaimanapun orang tua, tetap orang tua yang sangat berjasa dan tidak akan pernah terbalas jasanya. Baik.
Apakah jasamu mau dibayar dengan uang? Baik.
Apakah kurang jika anakmu sudah tidak meminta uang padamu diumurnya yang muda, saat anak orang lain yang kau banggakan belum bisa menghasilkan uang sendiri?
Begini, maafkan anakmu jika ia belum menjadi apa yang kamu mau. Anakmu itu hidup di jaman sekarang. Mindsetnya ya jaman sekarang. Anakmu sedang berproses. Menuju suksesnya (versi anakmu)