Mohon tunggu...
hanifa hafiza
hanifa hafiza Mohon Tunggu... mahasiswa -

because I love my mother, wherever I am I will fight for her happy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Hujan di Kota Malang

26 November 2017   11:10 Diperbarui: 26 November 2017   18:03 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan yang akhiran ber di tahun 2017. Hampir setiap hari diisi dengan rintik-rintik tak bersalah. Alam semesta menghadirkan tak tanggung-tanggung lagi,  hampir setiap saat. Pagi, siang, sore, malam tak ada hari tanpa hujan. Ku habiskan waktuku tak menentu, mengundang kemalasan, hari penuh kegabutan, terkurung dalam ruang, dan makan pun tak menentu.  Apa hanya di kota ini ?

Sudah lama tak ku nikmati hujan saat dirumah, rasanya rindu sekali. Apa hujan disini sama seperti disana. Dikota terik matahari menusuk kulit yang selama ini aku rindukan. Selama dua tahun ini jarang sekali kutemukan dan kurasakan dikota ini. Hujan yang dulu ditunggu-tunggu sekarang enggan bersembunyi.

Inginku bercerita sedikit kepada ibu "apa ibu tau betapa susahnya saat hujan tiba dikota ini, tak hanya rasa malas, makan tak menentu.  Menahan lapar, bahan masakan tak sempat ku beli. Saat hujan hanya persediaan mie yang ada, hampir setiap hari ku habiskan beberapa bungkus mie. Bukannya ibu sering melarangku untuk tidak makan mie berlebihan. Tapi diwaktu hujan tak ada pedagang-pedagang makanan yang berada dekat dan jangkauan.   Hanya sesekali pedagang nasi goreng lewat di depan kos. Bukan hanya batin ku yang sakit, perutku juga. Beberapa kali ku minum obat untuk meredakan rasa sakitku dan beberapa kali juga ku tahan laparku agar tidak memakan mie. Bosan sekali rasanya hidup berjauhan, tak ada masakan rumah, hangatnya rumah, keramaian rumah, dan tentang rumah. Bu bolehkah pulang, menghabiskan waktu saat hujan dirumah. Untuk kali ini saja. Setelah itu ku lanjutkan studiku dikota Malang.  Aku ingin menikmati saat hujan tiba, menunggu masakan yang sekarang tak pernah ku dapatkan lagi. Habiskan keseruan saat hujan, bermain diluar rumah dan dimarahi ibu. Bu bolehkah aku pulang ?

Aku rindu bu, saat ini tak ada hujan seperti dulu lagi. Takku nikmati hari-hariku saat hujan tiba. Ku coba menikmati hidup berjauhan. Terkadang aku mulai menikmati sendiri hidup disini, akan tetapi ada sisi sulit yang tak bisaku hindari. Salah satunya saat hujan. Betapa sulitnya saat hujan, tanpa kendaraan. Kemana-manapun sulit, hanya ruang 4x4 tempat yang paling nyaman ku rasa.

Di kota Malang, kehidupan yang malang juga. Bukan aku tidak bersyukur ataupun mengeluh atas pemberian Tuhan.  Aku bersyukur Tuhan memberikan hujan, karena lebih banyak yang membutuhkan hujan.  Hanya saja aku merasa sulit di kota ini. Tak ada yang bisaku lakukan saat hujan. Ingin rasanya aku bermain saat hujan, tetapi di usia sekarang tak ada seorang pun yang mau di ajak bermain hujan. Mereka bilang itu hanya menghabiskan waktu dan baju.

Hai hujan di kota Malang. Berhentilah sejenak. Bila kau enggan berhenti, berilah seseorang yang bisa menemaniku saat hujan tiba. Menikmatimu, seperti saat dirumah dulu. Mungkin hanya itu yang bisa menghilangkan kerinduanku. Menghiangkan kebosananku. Setelah itu akan ku lakukan hal-hal yang bermanfaat saat kau tiba.

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun