Di  satu kelas SMP akreditasi 97 sejauh ini baru 1 siswa yang masih bertahan/belum tergeser di jalur zonasi. Sama sepertin di jalur lainnya afirmasi/KJP tak ada satupun yang lolos karena kalah TUA dengan pendaftar lainnya.Â
Meski namanya jalur zonasi, ternyata jarak dan nilai tidak penting. Cukup lebih TUA saja dan berada di zonasi yang sesuai. Pukulan telak dan berat bagi para pendidik dan murid yang sudah susah payah belajar. Â Karena penilaian cukup dengan yang TerTUA yang ada dizonasi tersebut. Jarak, prestasi tidak diperhitungkan sama sekali. Benar-benar cukup hanya TUA saja.Â
Pihak siswa/i banyak yang layu sebelum berkembang. Mimpi-mimpi indah mengecap hasil kerja keras belajar 3 tahun terhempas hanya karena kalah TUA. Jalur zonasi bukan lagi jalur zonasi, melainkan jalur terTUA. Yang tertua yang dipastikan lolos.
Dihibur dengan pernyataan nanti ada jalur prestasi.
Lalu bagaimanakah penilaian jalur Prestasi berikutnya?
rata2 rapot 5 smt x akre sekolah
pilihan sekolah
usia
waktu
Setidaknya ini penjelasan dari salah satu pendidik.
Bagaimana sistem penilaiannya, beliau hanya menjelaskan, "menurut saya nilai itu susah sama karena pakai koma"
Dengan penilaian lagi-lagi USIA dimasukan sebagai faktor yang menentukan. Bagaimana penghitungannya pun tidak disosialisasikan. Setidaknya di website resmi pun tidak ada.Â
Kasihan, para penerima KJP bersama teman-teman lainnya pun masih terkatung-katung di jalur zonasi karena kalah TUA. Jarak dekat antara rumah dengan sekolah juga tak berarti. Sebagai gambaran, berikut bagan penjelasan sistem penilaian yang jelas memperlihatkan USIA lebih Tua sebagai penentunya.
Berikuta Salahsatu siswa yang sudah diterima di salah satu SMA Negeri yang sejauh ini bertahan/diterima  berdasarkan jalur usia eh zonasi. Cukup dengan berusia 20 tahun 2 bulan 2 hari sudah langsung menempati peringkat aman. Tak peduli lagi jarak rumah dan sekolah, yang terpenting masih satu zonasi. Sedang rapot? Minggir dulu. Sebab penentunya cukup usia, urutan pilihan dan waktu pendaftaran.