Mohon tunggu...
Handra Deddy Hasan
Handra Deddy Hasan Mohon Tunggu... Pengacara - Fiat justitia ruat caelum

Advokat dan Dosen Universitas Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mimpi Indonesia Ikut Piala Dunia

5 September 2020   16:52 Diperbarui: 5 September 2020   17:02 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi (Foto: Instagram/leomessi)

Kesadaran bahwa olah raga membuat daya tahan tubuh meningkat terlihat jelas sejak pendemi covid-19 merebak. Massivenya informasi betapa berbahayanya pendemi covid-19 beriringan dengan pengetahuan cara meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satu cara yang banyak diperbincangkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh adalah berolah raga. Menurut para pakar kesehatan,  olah raga dapat menangkal keganasan virus. Akibatnya kegiatan olah ragapun massive dilakukan kalangan masyarakat dimana2. Lapangan2 di perkotaan dan jalanan, dipenuhi masyarakat berolah raga, ada yang jogging, berjalan kaki maupun bersepeda. Di akhir minggu, jumlah orang berolah raga makin menjamur. Di sekitar perumahan yang biasanya sebelum pendemi hanya 1 atau 2 orang yang keluar berolah raga, sekarang berbeda, lingkungan jadi riuh saking ramenya. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan bermanfaat akan mendorong orang untuk termotivasi "in action". Adanya ketakutan terhadap wabah covid-19, melahirkan kesadaran masyarakat untuk sehat dengan cara olah raga.

Kalau dalam keadaan normal, Pemerintah kesulitan menyadarkan arti penting olah raga bagi masyarakat. Dengan berbagai cara Pemerintah berusaha mendorong masyarakat untuk berolah raga. Olah raga massive yang dilakukan masyarakat merupakan salah satu program Pemerintah. Masyarakat yang gemar berolah raga merupakan target Pemerintah. Pemerintah tentu tidak punya kekuasaan secara hukum untuk memaksa orang2 berolah raga,  seperti di negara2 otoriter. Pemerintah bisanya hanya melakukan  propaganda pendidikan olah raga yang massive, terencana dan terarah kepada masyarakat. Karena masyarakat yang sehat, akan meringankan pekerjaan Pemerintah. Sehatnya masyarakat bukan hanya sekedar menguntungkan masyarakat itu sendiri  juga akan menguntungkan dari sisi Pemerintah. Keuntungannya antara lain, klaim biaya pengobatan akan berkurang,  tuntutan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan mudah dipenuhi, masyarakat lebih produktif, kreatif dan ceria.

 Olah Raga Prestasi.

Massivenya kegiatan masyarakat berolah raga memudahkan para pencari  bakat (talent scouts) untuk menemukan atlit berbakat untuk dianjungkan berlaga dalam event Internasional. Partisipasi massal masyarakat berolah raga merupakan lahan yang subur untuk menemukan bibit2 atlit calon2 champion kelas dunia.

Keikut sertaan atlit2 Indonesia berpartisipasi dalam event2 olah raga seperti Asean Games, Asian Games, Olimpiade, bukan hanya sekedar menghitung jumlah medali yang didapat. Jumlah medali memang merupakan ukuran yang sederhana melihat prestasi atlit yang berjuang. Makin tinggi katagori medali yang diperoleh makin tinggi prestasi atlit yang mewakili bangsanya. Medali emas adalah cita2 dan tujuan setiap atlit yang berlomba.

Sebetulnya ada makna yang lebih dalam dari sekedar medali. Terlihat ketika Susi Susanti mengerahkan jiwa dan raganya merenggut medali emas untuk pertama kalinya bagi Indonesia di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Di altar tangga penyerahan medali, air mata kebanggaan Susi masih kelihatan meleleh di pipinya. Saat yang sama, real time, penduduk Indonesia, baik yang di arena dan lebih banyak melalui siaran langsung juga senggugukan menangis bangga. Hanya karena prestasi Susi seorang telah menularkan rasa kebanggaan menjalar ke segenap insan yang merasa orang Indonesia. Anjay banget pengaruhnya. Tak pelak lagi ini adalah moment "the truth". Kalau pada saat itu ditanyakan apa arti sila ke 3 Pancasila, Persatuan Indonesia. Itulah jawabnya. Tidak perlu penjelasan panjang berbusa menjelaskan sila Persatuan Indonesia, dari Pancasila. Moment waktu Susi menangis di altar penyerahan medali dengan gamblang dan jernih menjelaskan persatuan Indonesia. Kita betul2 merasa 1 Indonesia, tanpa ragu.

Atau ketika Indonesia diterpa kerusuhan rasial 13-14 Mei tahun 1998. Indonesia umumnya, Jakarta khususnya tercabik2 dalam insiden berdarah, brutal karena rasialisme, Indonesia dibuat terkotak2 dalam ruang rasis kesukuan. Padahal tiap hari sejak dari kecil sampai kuliah anak2 bangsa dijejali dengan pengetahuan bahwa Indonesia beragam baik dari suku, agama, keturunan, asal, warna kulit, bahasa. Semua pengetahuan hasil pendidikan yang panjang menjadi lumer, meleleh ketika tragedi itu terjadi. Wajah Indonesia menjadi beringas dan bengis membanggakan asal usul, suku yang melekat pada dirinya.

Pada saat yang sama Hariyanto Arbi, Hendrawan dkk (mayoritas dari suku yang diburu pada waktu kerusuhan), berjuang sebagai  pahlawan bulutangkis Indonesia, mengabaikan semua racun rasialis dihatinya, darahnya mengalir rasa Indonesia sebagai bangsa. Keringat campur darahnya disumbangkan demi memperlihatkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang patut diperhitungkan sebagai kampiun olah raga di dunia. Hasilnya tak berdusta, akhirnya Piala Thomas lambang supremasi bukutangkis dunia direbut oleh mereka, setelah melumat musuh bebuyutan Malaysia dengan skor 3-2. Saat penyerahan medali pada tanggal 24 Mei 1998 (hanya beberapa hari setelah kerusuhan) yang juga disaksikan secara langsung melalui tv, membuat penduduk Indonesia terkesima. Indonesia tiba2 shock menyadari bahwa rasialisme berdasarkan kesukuan bukanlah karakter asli Indonesia. Lagi2 penduduk Indonesia sadar akan Persatuan Indonesia. Rasialisme sempit disadari akan mengkerdilkan Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan besar. Harian Kompas yang terbit pada tanggal 25 Mei 1998 membuat judul utama "Republik Indonesia Masih Ada". Tajuk utama harian Kompas itu seperti proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk kedua kali.

Itulah hakikatnya tujuan olah raga prestasi, tujuan yang tidak kasat mata, bukan hanya sekedar deretan susunan medali. Rasa bangga, rasa menjadi bangsa, rasa persatuan, semuanya bisa diraih dengan melahirkan atlit2 berprestasi kelas dunia.

Revisi Undang2 No 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU olahraga).

Kesinambungan kegiatan dimulai sejak kesadaran yang dipupuk dari pendidikan yang memassalkan kegiatan berolah raga dan berujung dengan olah raga prestasi harus dikomandokan oleh sistim. Sistim yang bisa mengatur agar tujuan itu tercapai dijabarkan dalam pasal2 Undang2. Undang2 olah raga yang ada saat ini telah gagal melaksanakan amanatnya. Menurut dosen Fakultas Olah Raga dan Kesehatan Universitas Indonesia Dikdik Zafar Sidik,  UU olah raga masih bersifat doa. Isinya hanya tersirat pembinaan dan pengembangan. Sebaliknya tidak tersirat prestasi (Kompas 1 September 2020). Pendapat ini disampaikan Dikdik pada waktu dengar pendapat dengan DPR tentang revisi UU olahraga. Pembicara lain dalam perhelatan yang sama, Guru Besar Fakultas Ilmu Olah Raga Universitas Negeri Surabaya Hari Setijono menyampaikan, UU olah raga tidak bisa mengkoordinasikan potensi yang ada. Contoh penyelenggaraan sekolah olah raga (SKO) masih tumpang tindih antara Kemendikbud dan Kemenpora.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun