Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Damai Itu Indah

24 November 2021   00:05 Diperbarui: 24 November 2021   00:07 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dhamma adalah suatu gagasan penting dalam Buddhisme, berasal dari Bahasa India (Pali) dan sering dikenal di Barat sebagai Dharma. Makna harfiahnya adalah kebenaran sekaligus moralitas, tapi juga mengandung arti alam. 

Dhamma menggambarkan ajaran moral Buddhisme, Dhamma adalah hukum kebenaran yang sudah ada, Dhamma sang Buddha sebenarnya mengajarkan tentang jalan tengah yang menghindari dua ekstrim, yakni: Tidak menyiksa diri dan tidak berfoya-foya terlena dengan keduniawian.

Merupakan filsafat dan moral dengan penuh welas asih, yang secara harfiahnya welas asih diartikan sebagai suatu sikap yang muncul saat manusia ikut merasakan penderitaan orang lain dan tergerak untuk meringankannya. 

Sebuah rasa kasih sayang yang menggabungkan empati dan simpati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain; sedang simpati adalah sikap prihatin terhadap apa yang  orang lain rasakan.

Miris rasanya kalau kita mendengar atau melihat dan mendapati anak-anak sekolah pada tawuran, pemuda antar geng dan atau antar kampung berantem karena hal-hal yang kadang-kadang hanya dipicu oleh hal-hal sepele, misalnya saling mengejek. 

Mereka dengan beraninya membawa bermacam-macam benda tajam, seperti clurit, parang, pisau belati, rantai, dan sebagainya. Semua itu tidak dimaksudkan untuk bela diri melainkan untuk melukai orang yang dianggap sebagai lawannya. Bahkan ada yang lebih serius lagi yakni 'menghabisi' atau membunuh.

Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa tidak untuk saling membunuh, sekalipun hal bunuh membunuh itu sudah terjadi sejak anak-anak Adam, yaitu Kain dan Habil. 

Keanekaragaman agama, bahasa, budaya dan suku bangsa di dunia ini bukan dijadikan alasan untuk bentrok/konflik satu sama lain namun, kepelbagaian ini hendaknya dipandang sebagai kekayaan yang ada di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sikap saling menghargai, saling menghormati adalah bukti bahwa seseorang menerima adanya perbedaan Suku Agama Ras Antargolongan (SARA).

Menumbuhkembangkan sikap toleransi dan cinta damai bisa dilakukan melalui pendidikan. Teori Pragmatisme yang dikemukakan oleh John Dewey menyatakan: "Pendidikan adalah prosesi (pawai) kehidupan, setiap orang harus belajar memperbaiki diri dan berubah ke arah yang benar"; sementara tokoh lain yang bernama Jean Jacques Rousseau mengusulkan bahwa proses belajar harus berlanjut sepanjang hayat. Belajar pada setiap langkah kehidupan kita sangat penting dan itulah makna dan hakikat menjadi seorang manusia.

Selaku orang yang menekuni bidang pendidikan tentu sepakat kalau pendidikan merupakan proses untuk menjadikan atau membentuk manusia ke arah yang lebih baik, terutama dalam hal bertambahnya pengetahuan pada ranah kognitif, dan pada sisi afektif seperti cara bersikap dan pada ranah psikomotoriknya berupa meningkatnya berbagai keterampilan yang kesemuanya itu diharapkan mampu menumbuhkembangkan rasa cinta manusia terhadap sesama dan rasa kasih sayang kepada sesama dan lingkungan.

Kalau semua itu dipahami dan dihayati dalam diri setiap manusia niscaya akan mengalir dengan sendirinya tanpa paksaan. Sudah bukan zaman nya lagi "Homo homini lopus". Melainkan "Homo homini socius" atau manusia adalah teman bagi sesamanya.  Manusia butuh orang lain dalam hidupnya dan saling berinteraksi. Perbuatan saling tolong-menolong antar sesama manusia adalah perbuatan terpuji untuk kemaslahatan umat manusia di bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun