Bandung -- Pemilihan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) periode 2025--2030 memasuki babak penting. Pada Senin, 5 Mei 2025, Majelis Wali Amanat (MWA) UPI menetapkan tiga calon rektor yang akan melaju ke tahap akhir pemilihan. Mereka adalah: Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A., Prof. Dr. Vanesa Gaffar, S.E., Ak., M.B.A. dan Prof. Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. Dari ketiganya, satu nama mencuri perhatian: Prof. Dr. Vanessa Gaffar. Sosok akademisi perempuan ini membuka kemungkinan baru dalam sejarah panjang UPI---untuk pertama kalinya kampus ini berpeluang dipimpin oleh seorang perempuan.
Proses pemilihan rektor UPI bukan sekadar seremonial. Tahapan demi tahapan berlangsung ketat dan profesional, dimulai dari penjaringan bakal calon, penyaringan lewat assessment independent dan sidang pleno Senat Akademik, hingga forum publik terbuka (public hearing) yang menjadi panggung bagi ketiga calon untuk menyampaikan visi-misinya.
Ketua MWA UPI, Komjen. Pol (Purn) Drs. Nanan Soekarna, dalam sambutannya mengajak seluruh pihak untuk menyambut proses ini dengan niat yang jernih. "Ini bukan tentang memenangkan siapa-siapa, tapi untuk menemukan sosok terbaik yang bisa memimpin UPI dengan semangat Values for Value dan Full Commitment No Conspiracy," ujarnya. Ia juga mengingatkan, siapa pun yang terpilih, UPI tetap membutuhkan peran dan kontribusi semua kandidat.
Kehadiran calon rektor perempuan dalam bursa pemilihan kali ini memang istimewa. Jika terpilih, Prof. Vanessa Gaffar akan mencatatkan sejarah sebagai rektor perempuan pertama di UPI. Sebuah langkah signifikan mengingat dalam sejarah panjang universitas ini, belum pernah ada perempuan menduduki jabatan tertinggi tersebut---bahkan wakil rektor perempuan pun hanya pernah satu kali tercatat dalam sejarah UPI.
Bandingkan dengan perguruan tinggi negeri lain yang sudah lebih dulu dipimpin perempuan. Sebut saja Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D., dari Universitas Terbuka (UT), Prof. Dr. Rina Indiastuti dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Reini Wirahadikusumah dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Prof. Ova Emilia dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Kiprah Prof. Vanessa sendiri tak bisa dipandang sebelah mata. Ia meraih gelar Profesor pada 2022 lewat karya ilmiahnya tentang "Strategi Pemasaran Digital untuk Membangun Bisnis Masa Depan". Ia menyoroti pentingnya akselerasi transformasi digital nasional melalui infrastruktur, ekonomi, pemerintahan, dan masyarakat digital---sejalan dengan Peta Jalan Indonesia Digital 2021--2024.
Pendidikan magisternya ditempuh di Business School, Wright State University, Australia, dan gelar doktoral diselesaikan di Universitas Padjadjaran dengan predikat cumlaude. Ia juga aktif di berbagai organisasi profesi seperti Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia dan Asosiasi Pemimpin Digital Indonesia. Dengan rekam jejak kepemimpinan sebagai Kepala Kantor Urusan Internasional UPI (2015--2017) dan Wakil Dekan Bidang Akademik FPEB (2022--2025).
Pada paparan presentasinya Prof. Vanessa mengusung core value "GEMA": Gali Potensi, Eratkan Sinergi, Maksimalkan Keunggulan, dan Adaptasi Global. Ia merumuskan visinya dalam jargon: "GEMA UPI: Cerdas Berbudaya, Unggul Berkarya." Komitmennya jelas: meningkatkan mutu pendidikan, memperkuat riset dan pengabdian masyarakat, serta memperluas jaringan internasional demi menjadikan UPI kampus yang relevan di panggung global. Namun, peluang ini tentu tidak datang tanpa tantangan. Di tengah struktur dan budaya akademik yang masih didominasi laki-laki, keterwakilan perempuan dalam posisi puncak masih sering dianggap pengecualian, bukan kebiasaan. Maka, bila UPI benar-benar memilih rektor perempuan untuk pertama kalinya, ini bukan hanya soal individu---melainkan langkah kolektif membangun budaya akademik yang lebih inklusif dan adil gender.
UPI sedang berada di titik sejarah. Dan seperti dikatakan oleh Nanan Soekarna, ini bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi tentang merawat harapan dan membangun kepercayaan. Jika harapan itu kini menyapa lewat peluang bagi perempuan untuk memimpin, sudah saatnya kita menyambutnya sebagai bagian dari kemajuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI