Kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan semakin sering mencuat ke permukaan, mengungkap realitas yang memilukan tentang keamanan anak-anak di sekolah. Â Ironisnya, banyak pelaku justru berasal dari lingkungan sekolah sendiri, termasuk guru dan pimpinan lembaga pendidikan. Situasi ini menunjukkan bahwa sistem perlindungan anak di sekolah masih jauh dari kata efektif.
Banyak kasus kekerasan seksual yang tidak terungkap sejak dini karena masih ada budaya diam di sekolah. Siswa yang menjadi korban kerap takut untuk melapor karena tekanan sosial, rasa malu, atau bahkan ancaman dari pelaku. Selain itu, masih ada anggapan bahwa sekolah adalah lingkungan yang aman, sehingga laporan kekerasan sering kali dianggap berlebihan atau diabaikan. Kurangnya respons yang cepat dan tepat dari pihak sekolah semakin memperburuk keadaan.
Di tengah situasi ini, bimbingan dan konseling (BK) memiliki peran krusial dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di sekolah. Guru BK harus menjadi pihak pertama yang menciptakan lingkungan yang aman bagi siswa untuk berbicara tentang masalah mereka. Selain itu, pendidikan mengenai kekerasan seksual, batasan diri, dan cara melaporkan kejadian yang mencurigakan harus menjadi bagian dari layanan konseling di sekolah.
Salah satu tantangan terbesar dalam menangani kekerasan seksual di sekolah adalah rendahnya kesadaran dan pemahaman tentang dampak jangka panjang yang dialami korban. Trauma psikologis, rendahnya rasa percaya diri, hingga gangguan mental dapat menghantui korban seumur hidup. Oleh karena itu, layanan konseling tidak hanya sebatas menangani laporan, tetapi juga memberikan dukungan psikologis bagi korban agar mereka bisa pulih dari pengalaman buruk yang dialami.
Pihak sekolah harus lebih proaktif dalam membangun sistem yang melindungi siswa dari ancaman kekerasan seksual. Pembentukan regulasi yang jelas, penegakan aturan yang ketat terhadap pelaku, serta keterlibatan orang tua dalam mengawasi perkembangan anak menjadi langkah yang sangat diperlukan. Lebih dari itu, menciptakan budaya sekolah yang berbasis kepercayaan dan keterbukaan menjadi kunci utama agar korban tidak merasa sendirian dan berani untuk berbicara.
Jika sekolah tetap abai terhadap isu ini, maka lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman justru akan menjadi ancaman bagi anak-anak. Oleh karena itu, sudah saatnya semua pihak, terutama guru BK, mengambil peran aktif dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual di sekolah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI