Mohon tunggu...
hanaarwiendash
hanaarwiendash Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Without you i cant imagine the world

INTERNATIONAL RELATIONS 2017

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengetahui Etika dalam Berdiplomasi

29 Oktober 2019   17:56 Diperbarui: 29 Oktober 2019   18:15 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam berdiplomasi hendaknya kita juga memperhatikan tentang etika. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara, hingga pergaulan hidup tingkat internasional , diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan tersebut dikenal sevagai etika, norma, tata krama, sopan santun, dll.Pedoman hidup yang dimaksud adalah untuk menjaga ketenangan, ketentraman,dan terlindungi tanpa merugikan perbuatannya dengan hak asasi manusia.

Menurut (Bertens 2007) etika dan moral kurang lebih sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan yaitu moral dan moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Dalam konteks negosiasi, beretika adalah suatu perilaku etis yang dinampakan sejak awal melakukan negosiasi. Dalam konteks etika dalam berdiplomasi terdapat 3 madzhab salah satunya adalah madzhab The " Its a Game " Poker School yang menekankan pandangannya bahwasannya negosiasi sebagai suatu permainan dengan aturan tertentu yang mengenal adanya hukum. Dimana seorang negosiator dikatakan etis jika melaksanakan negosiasi dengan aturn yang telah ditentukan, dan jika negosiator melanggar aturan tersebut maka dikatakan tidak etis.

Terdapat tiga jenis motivasi yang menyebabkan seorang negosiator melakukan tindakan tidak etnis yaitu:

  • Mencari Profit

Mengejar profit atau keuntungan adalah penyebab besar dalam menjalankan negosiasi, dalam menjalankan negosiasi, individu yang bersangkutan berusaha keras untuk memaksilkan pendapatan, sehingga strategi yang dilakkukan hanya semata untuk meningkatkan kekuatan.

  • Persaingan

Persaingan erat berhubungan dengan profit. Dimana pihak lain menginginkan untuk mendapatkan keuntungan. Terjadilah kompetisi yang kuat dan mengarahkan para negosiator untuk menggunakan strategi atau taktik yang boleh menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya.

  • Mengabaikan keadilan

Dimensi ketiga dari perilaku negosiator adalah reaksi untuk melawan adanya ketidakadilan. Keadilan dianggap menjadi isu kunci etika dalam negosiasi. Sebagai, akibatnya ada pihak negosiator yang merasa diperlakukan tidak adil, ditipu, dimanfaatkan sehingga akan menimbulkan kemarahan.

Negosiasi dilaksanakan pada ketergantungan akan informasi, maka pertukaran informasi merupakan salah satu kekuatan utama dalam negosiasi. Hal ini nampak dengan berbagai cara yaitu:

  • Miss Interpetasi: bentuk penipuan yang paling umum dalam negosiasi , wujudnya seperti berbohong tentang poin yang diinginkan
  • Menggertak
  • Pemalsuan
  • Penipuan
  • Faktor penyebab tentang seorang negosiator menggunakan taktis etis dan non etis perbedaan latar belakang individu, kepribadian

Referensi:

Bertens, K. Etika. Jakarta:Gramedia Pustaka.2007

Lumumba, Patrice. Negosiasi dalam Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun