Mohon tunggu...
Hamdi
Hamdi Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Sosial Budaya

Belajarlah dari kehidupan agar hidup kita berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Bullying Sekarang Juga!

23 Oktober 2020   17:16 Diperbarui: 23 Oktober 2020   17:18 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus perundungan ( bullying) masih marak terjadi di dunia pendidikan di Indonesia. Kasus terakhir yang mencuat, seorang siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Kota Malang, Jawa Timur diduga menjadi korban bullying oleh teman-temannya di sekolah. Akibat tindakan teman-temannya, jari tengah MS harus diamputasi.

Berikut kasus-kasus bullying yang terjadi dilingkungan sekolah yang berhasil dirangkum oleh Kompas.com (8 Februari 2020).  Pertama, siswa salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pekanbaru, Riau berinisial FA mengalami patah tulang hidung. Menurut pengakuan FA, ia di-bully oleh teman-temannya di sekolah. Paman korban, Muchtar mengatakan, tak hanya di-bully, FA juga diancam dan diperas. Selain dibully hingga mengalami patah tulang hidung, korban juga dipaksa mengaku bahwa dirinya terjatuh.

Kapolresta Pekanbaru AKBP Nandang Mu'min Wijaya mengemukakan, kasus bullying tersebut berawal dari bercanda. Peristiwa terjadi pada Selasa (5/11/2020) sekitar pukul 11.00 WIB. Pelaku memukul korban dengan kayu bingkai foto. Kemudian pelaku menarik kepala korban dan dibenturkan ke lutut hingga korban mengalami patah tulang. "Awalnya mereka bercanda. Mungkin ada kata-kata yang tidak bisa diterima para terlapor sehingga merasa tersinggung dan emosi lalu melakukan kekerasan," kata Kapolres. Tak terima, orangtua korban melaporkan kejadian itu pada polisi. Diketahui, pelaku perundungan yang menyebabkan korban mengalami patah tulang adalah dua orang rekan sekolahnya yang berinisial M dan R.

Kedua, seorang siswa SD Negeri di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan berinisial RS mengalami depresi berat usai diduga menjadi korban perundungan oleh teman-temannya. Ironisnya, RS di-bully selama dua tahun atau sejak ia duduk di bangku kelas IV SD. Pribadi RS kemudian berubah. RS sering mengurung diri, takut bertemu dengan orang hingga tak mau lagi bersekolah. Keluarganya pun menghabiskan banyak dana untuk memeriksakan kondisi psikis anaknya. Padahal penghasilan mereka pas-pasan. Ayah RS bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya seorang penjual kerupuk. "Periksa ke dokter syaraf kepala hingga psikiater. Kata dokter, depresi," ujar ibu RS, Masrikah. Awal mula bullying terjadi gara-gara jam dinding.   

Saat duduk di kelas IV, RS bermain sepak bola di dalam kelas. Bola yang ditendang RS mengenai jam dinding hingga jatuh ke lantai. "Jam dinding pecah dan kami belum bisa ganti karena kata pihak sekolah harganya Rp 300.000. Sejak saat itu anak saya selalu di-bully, bahkan pernah disekap di kelas oleh teman-teman sekelas. Rambutnya dijambak, diludahi, disiram air, dan kekerasan lain. Kami sudah konfirmasi ke sekolah, tetapi respons tak baik, bahkan suami saya diusir," kata Masrikah. Namun saat dikonfirmasi, pihak sekolah membantah adanya bullying. "Mohon maaf tidak ada istilah bullying. Ini kejadian gaduh biasa antarsiswa. Orangtua tidak tahu persis kejadiannya, hanya menerima laporan anaknya," kata Kepala SDN 2 Wirosari Ngadiman.

Ketiga, MS (13), seorang siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Kota Malang, Jawa Timur diduga menjadi korban bully oleh sejumlah temannya. Bahkan, dua ruas jari tengah MS terpaksa diamputasi akibat tindakan teman-temannya. Ia juga kerap menangis akibat syok usai jarinya diamputasi. Polresta Malang pun menaikkan status dari penyelidikan menjadi penyidikan. 15 orang saksi diperiksa dalam kasus ini.

Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata mengungkapkan, MS pernah diangkat beramai-ramai. Kemudian tubuh MS dibanting ke lantai paving. "Diangkat beramai-ramai begitu. Terus dibanting ke paving dalam kondisi terlentang," kata Leonardus. Aksi itu dilakukan saat jam istrirahat sekolah. Oleh teman-temannya, MS juga pernah dibanting ke pohon dengan cara yang sama. "Kedua posisinya juga sama, tapi dibanting ke pohon kecil," ungkapnya. Mengaku hanya bercanda, 7 orang siswa rekan MS terancam hukuman pidana.

Tiga kasus di atas hanya beberapa dari sekian kasus bullying yang menimpa para tunas bangsa negeri ini. Meskipun korban terus berjatuhan  tetapi kasus bullying terus saja terulang kembali. Korban yang meninggal jelas pupus harapannya untuk meraih masa depan. Begitu pula korban luka-luka, paling tidak mereka terhambat untuk bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Pihak keluarga korban pun merasakan duka mendalam atas musibah yang menimpa anak atau kerabat mereka, baik yang luka-luka maupun meninggal dunia.

Di pihak pelaku pun merasakan dampaknya. Para pelakunya tak jarang ada yang dihukum penjara karena kelalaiannya yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Selain menerima hukuman pidana, mereka pun harus harus rela dikeluarkan dari sekolah. Konsekuensi yang diterima para pelaku jelas bisa menghambat bahkan menghancurkan masa depan mereka sendiri akibat perbuatan konyol mereka.

Bullying berasal dari kata bull yang bermakna sapi ganas yeng mengenduskan nafasnya (untuk menyerang musuhnya). Lalu muncul istilah bully yang artinya menggertak pihak yang lemah. Jadi bully bisa berupa gertakan, intimidasi, penindasan hingga kekerasan fisik dan psikis. Ada beberapa istilah yang digunakan sebagai pengganti kata bullying, seperti pelonco dan inisiasi. Istilah-istilah tersebut biasa digunakan dalam proses perkenalan siswa atau mahasiswa baru dengan para seniornya di sekolah atau kampus. Prosesi semacam ini telah berlangsung lama dan sudah dianggap sebagai sebuah tradisi.  

Lalu, bagaimana solusi untuk mencegah terjadinya tindakan bullying? Paling tidak ada empat lamgkah yang bisa dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun