Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lebih Baik Resign Sebelum Terlambat!

29 Juli 2019   15:30 Diperbarui: 29 Juli 2019   15:36 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak suka melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi banyak orang. Pekerjaan yang membuat ekonomi orang lain menjadi lebih baik dan meringankan beban keluarganya misalnya. Tentu sangat beruntung memiliki pekerjaan itu. Akan tetapi, apabila dengan pekerjaan itu hari-hari dijalani dengan penuh keterpaksaan dan ngedumel tiada henti, sudah saatnya untuk mengambil langkah segera mundur atau resign.

Sebenarnya ada beberapa sebab yang perlu menjadi pertimbangan untuk resign. 

Pertama, hari-hari dijalani rasanya semakin penuh dengan keterpaksaan. Tidak ada minat dan semangat sama sekali untuk menyelesaikan tugas-tugas yang datang di meja kerja.

Tugas datang bertubi-tubi tanpa ada sistematika waktu yang jelas. Waktu untuk keluarga terganggu karena urusan tugas yang datang seperti hujan badai di tengah laut. Pikiran seolah tenggelam di tengah lautan gelap tumpukan tugas.

Atasanmu kurang pengertian dan cenderung mengintimidasi. Kerja lembur justru diwajibkan dan diacungi jempol meskipun hidup sudah berasa seperti kelelawar. Bahkan melebihi kelelawar. Malam lembur paginya juga turun lapangan atau berkunjung ke klien.

Sudah tidak bisa berkembang lagi. Pekerjaan yang ada monoton dan hanya berulang-ulang. Keterampilan yang terbentuk dari pekerjaan sudah tidak memenuhi ekspektasi yang diharapkan.

Pekerjaan yang dilakoni ternyata berbeda jauh dari minat dan bakat yang dimiliki. Tidak ada keterampilan dari bakat yang berfungsi dalam pekerjaan. Membuat lambat laun perasaan rindu untuk mengasah minat dan bakat yang sudah lama tidak terfungsikan.

Bisa jadi ketika mengajukan resign, banyak rekan dan atasan yang membujuk. Seolah menasehati bahwa pekerjaan yang ada sangat bermanfaat untuk banyak orang. Ladang pahala mungkin mereka mengistilahkan. Sehingga hatimu pun terpengaruh dan mulai bimbang untuk memilih. Resign atau tidak.

Berada di pekerjaan yang bermanfaat memang bagus dan mulia. Akan tetapi untuk apa tetap berada di pekerjaan mulia tapi terus dijalani dengan keterpaksaan dan penuh dengan rasa dongkol, ngedumel, dan sejenisnya. Analogi mungkin dengan lilin yang membakar dirinya demi menerangi sekitarnya. Terang didapat dan akhirnya diri sendiri habis tidak berbekas dan ketika habis tidak mampu lagi menerangi sekitarnya.

Lebih baik bermanfaat untuk diri sendiri terlebih dahulu. Setelah itu kemudian berbagi dan memberikan manfaat untuk sesama setelah mampu memancarkan sinar tanpa harus membakar diri sendiri. Lebih baik bekerja meskipun tidak memberikan manfaat untuk banyak orang akan tetapi dijalani dengan ikhlas, senang dan tanpa keterpaksaan sedikitpun.

Bekerja apapun boleh yang penting minat dan bakat yang ada di dalam diri dapat tersalurkan sepenuhnya. Terlebih jika bekerja diawali hobi atau passion. Bekerja serasa tidak bekerja tapi penghasilan jalan terus tanpa macet seperti di jalan tol.

sumber: kubikleadership.com
sumber: kubikleadership.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun