Bermula pada pagi hari, jam 09.30 WITA, PJJ lewat Zoom dimulai. Sebenarnya pertemuan seharusnya dimulai pada jam 09.00 WITA, tapi karena Kepala Sekolah belum tersambung dengan jaringan, maka tertunda.
"Hari ini, ada supervisi dari Ibu Kepala Sekolah, jadi beliau ingin bergabung bersama kita, melihat bagaimana kita belajar," begitu kata Bu Rini lewat pesan WhatsApp Group (WAG).
PJJ lewat Zoom dimulai pada jam 09.30 WITA dan berakhir pada 11.30 WITA. Dua jam memandang layar smartphone. Meskipun saya tidak melihat layar smartphone Robert secara langsung, tapi saya bisa mendengar apa yang Bu Rini dan peserta didik katakan di Zoom saat menunggu Robert selesai PJJ.
Satu jam di awal, karena ada ibu Kepala Sekolah, proses belajar mengajar terkesan dua arah antara guru dengan peserta didik. Namun satu jam berikutnya, karena sudah tidak ada kepala sekolah (saya mendengar beliau pamit meninggalkan PJJ), dari perkataan sang guru, saya menilai bahwa beliau sudah meninggi tensi-nya, terutama waktu saya mendengar kalimat "Kalau tidak mau belajar, keluar (dari Zoom) saja!"
Setelah PJJ lewat Zoom usai, saya bertanya kepada Robert mengapa ibu gurunya terdengar kesal sampai mengucapkan kalimat ancaman "keluar (dari Zoom)" tadi.
"Gara-gara Dinda. Dia tidak mau menjawab pertanyaan Bu Guru. Ibunya jadi marah. Apalagi Dinda juga matikan kamera videonya, jadi wajahnya tidak tampak di tampilan Zoom. Hitam. Bu Guru tambah marah," jawab Robert mengenai kemarahan Bu Rini.
Kami pun makan siang, karena sang mama berpesan pada saya untuk bisa menemani putranya makan siang bersama. Robert anak tunggal. Ayah dan ibunya bekerja, sehingga saya dimintai tolong untuk menemani Robert makan siang. Ayahnya terkadang bisa pulang dari pekerjaan, tapi tidak tentu jamnya.
"Siang ini ada bimbel online lagi, Bert?" tanya saya sambil mengambil sebuah jeruk.
"Iya, Pak. Jam dua."
"Hah? Jam dua?"
"Iya, Pak. Tadi bu guru ngomong begitu."