Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilarang Melihat Dunia Pendidikan dengan "Kacamata Kuda"

23 Mei 2020   19:53 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:20 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kacamata kuda | K. Tatik Wardayati via intisari.grid.id

Kedua, beliau tidak membandingkan dengan yang setara nilainya. Tidak apple to apple.
Tapi tidak apa. Secara pribadi, saya bisa mengerti keprihatinan beliau akan dunia pendidikan di Indonesia. Saya mengapresiasi pendapat beliau.

Tulisan ini tidak bertujuan untuk menyerang pribadi atau pendapat beliau. Saya hanya ingin memberikan pendapat dari sudut pandang saya, seorang guru bahasa Inggris biasa yang bukan siapa-siapa.

Mudah-mudahan apa yang saya utarakan ada manfaatnya. Menurut saya, dunia pendidikan itu harus dilihat secara keseluruhan, tidak bisa dari satu sisi saja. 

Ada banyak sisi yang menentukan keberhasilan dunia pendidikan, namun dalam hal ini, saya rasa, tiga sisi ini yang paling utama dalam menentukan berhasil atau gagalnya dunia pendidikan. 

Sisi #1 - Guru

Memang, tak bisa dipungkiri, kompetensi guru menjadi PR besar bagi negara. Kualitas guru dalam mengajar dipertanyakan. Saya pun tidak berani mengaku sebagai guru yang mempunyai kompetensi mumpuni. Namun perlu bijak dalam melihat sisi guru dari berbagai perspektif. 

Messi, kalau kita menempatkannya sebagai "guru", maka pemilik klub Barcelona sebagai "penilai" apakah pelatih dan pemain mendapatkan hasil maksimal yaitu juara liga spanyol dan champions atau tidak. Dalam hal ini, pemilik klub adalah pihak negara, analoginya adalah Indonesia. 

Sebagai pelatih, ibaratnya menteri pendidikan sebagai pelatih sepakbola. Infrastruktur berupa lapangan sepakbola, fasilitas kesehatan, tenaga medis; dianalogikan sebagai berbagai sekolah di Indonesia beserta fasilitas di dalamnya. 

Kemenangan dan gelar juara sebagai analogi siswa-siswi berprestasi dan dunia pendidikan yang berjaya. Dalam hal guru, kita hanya akan membahas dari sisi guru dan faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung pada sisi guru.

Menurut saya pribadi, menempatkan kegagalan pendidikan hanya pada guru tidak tepat karena guru, seperti halnya Messi, tergantung pada faktor-faktor di luar dirinya. Saran saya kepada Pak Robby dan para pengamat pendidikan lainnya untuk mencermati dua hal berikut :

A. Tidak semua guru sudah mendapat sertifikasi
Menyalahkan guru dengan sertifikasi yang sudah didapat rasanya tidak tepat sasaran. Karena belum semua guru mendapat tunjangan sertifikasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun