Mohon tunggu...
Yoyo Hambali
Yoyo Hambali Mohon Tunggu... Dosen di Islamic Economic and Business College

Hobi saya membaca dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

STEBI Global Mulia Cikarang Gelar Seminar Masa Depan Filantropi Islam

22 September 2025   15:30 Diperbarui: 22 September 2025   14:42 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag. sebagai Keynote Speaker di STEBI Global Mulia  (Sumber: Panitia))

Cikarang -- Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam (STEBI) Global Mulia Cikarang menggelar Studium Generale dan Seminar Nasional bertema "Masa Depan Filantropi Islam dan Sociopreneurship", Sabtu (20/9/2025). Acara ini berlangsung secara hybrid, menggabungkan tatap muka di Aula Gedung E STEBI dengan partisipasi daring melalui Zoom. Tercatat lebih dari 300 peserta dari kalangan mahasiswa baru, mahasiswa lama, alumni, hingga dosen ikut terlibat. Selain mahasiswa S1 Reguler dan Blended Learning, serta calon mahasiswa Program Magister STEBI, hadir pula mahasiswa Entrepreneur Class kerjasama dengan PDM.

Bekasi, Miniatur Indonesia Masa Depan

Ketua Yayasan Global Insan Mulia, K.H. Teguh Wibowo, S.E., M.Si., M.M. dalam sambutannya menegaskan bahwa Bekasi adalah kawasan industri terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara dan menjadi magnet kampus-kampus besar. Namun, ia mengingatkan masih ada paradoks besar: Indonesia kaya sumber daya alam, tetapi belum memberi dampak merata bagi kesejahteraan rakyat.

"Inilah pentingnya filantropi Islam dan sociopreneurship. Ia bukan hanya instrumen ibadah, tetapi juga alat transformasi sosial dan pemerataan kesejahteraan," ujarnya. Pendiri yayasan yang juga pengusaha itu menitipkan harapan kepada pemerintahan baru, khususnya Menteri Keuangan Prof. Dr. Purbaya Yudhi Sadewa, agar kebijakan fiskal lebih berpihak pada rakyat, UMKM, dan pengembangan ekonomi syariah.

Dari Charity ke Sociopreneurship

Keynote speaker, Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Guru Besar Ekonomi Islam UIN Jakarta, memaparkan bahwa Indonesia telah berulang kali menjadi negara paling dermawan di dunia menurut World Giving Index. Potensi zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) mencapai Rp 300 triliun per tahun, namun realisasi penghimpunannya masih jauh dari harapan.

"Charity itu penting, apalagi di masa darurat. Tapi kalau terus konsumtif, masyarakat penerima akan tetap bergantung. Filantropi harus ditransformasi menjadi sociopreneurship produktif agar melahirkan kemandirian," jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya green philanthropy, yaitu filantropi Islam yang berkontribusi pada isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, seperti wakaf untuk hutan kota atau energi terbarukan. "Filantropi Islam harus adaptif dengan zaman. Ia harus jadi pionir, bukan pengekor," tegasnya.

Dua Perspektif, Satu Tujuan

Dalam sesi panel, yang dipandu oleh moderator Nurajizah, S.Sos.I., M.S.I. yang juga Kaprodi Perbankan Syariah itu, narasumber Dr. H. Royani, S.Th.I., M.A. mengingatkan bahwa zakat dan wakaf harus dikelola dengan prinsip hukum ekonomi syariah kontemporer. Menurutnya, dana umat tidak boleh berhenti pada distribusi konsumtif, melainkan diarahkan untuk usaha produktif yang membuat mustahik naik kelas menjadi muzaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun