Banyak berkembang dalam pola pikir masyarakat dengan narasi bahwa menikah adalah akhir bahagia dari sebuah kisah cinta. Tetapi ketika menatap realitas kehidupan, disadari bahwa pernikahan bukan akhir dari sebuah cerita cinta.
Pernikahan ibarat pelabuhan saja, bukan tempat akhir dari sebuah perjalanan. Sewaktu-waktu tetap harus berlayar mengarungi bahtera untuk bisa bertahan hidup. Pernikahan adalah awal dari kehidupan baru yang menuntut kesiapan, salah satunya perihal ekonomi.
Perihal Pasangan dan Finansial
Dalam riset kecil yang saya lakukan, saya bertanya pada beberapa perempuan berusia 25 tahun ke atas dari berbagai latar belakang. Baik pekerja kantoran, wirausahawan, tenaga pendidik, hingga pekerja lepas. Mayoritas dari mereka, sekitar 85%, mengaku belum menikah bukan karena belum memiliki pasangan, melainkan karena merasa belum siap secara ekonomi.
Memiliki pasangan saja tidak cukup untuk siap melangsungkan pernikahan. Pernikahan juga butuh kesiapan fisik, mental dan finansial. Yang disebut kesiapan juga bukan hanya saat pesta pernikahan di gelar, tetapi juga kesiapan mengarungi kehidupan pasca pernikahan yang sangat panjang.
Mereka mengungkapkan bahwa kemandirian finansial dari masing-masing pasangan adalah salah satu prioritas utama sebelum memasuki dunia pernikahan. Bukan hanya kesiapan finansial seorang lelaki, tetapi juga kemandirian seorang perempuan juga harus dipertimbangkan.
Sebuah ikatan pernikahan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga sebagai bentuk kesiapan menghadapi tantangan hidup rumah tangga yang tak sedikit. Seorang responden bahkan berkata, "Aku ingin punya cukup tabungan dulu sebelum menikah, karena aku enggak mau setelah menikah ada masalah keuangan, malah jadi beban untuk anak yang nanti kulahirkan."
Ketakutan akan konflik rumah tangga akibat masalah finansial menjadi kekhawatiran yang sering muncul. Beberapa di antaranya pernah menyaksikan orang tua atau saudara kandung mengalami masalah rumah tangga karena ketidaksiapan ekonomi. Dari situ mereka belajar untuk tidak tergesa-gesa.
Riset ini juga menunjukkan bahwa ada pergeseran pola pikir di kalangan perempuan muda. Mereka tidak lagi melihat pernikahan sebagai "jalan keluar" dari tekanan sosial, melainkan sebagai keputusan besar yang harus diambil dengan matang dan rasional. Menikah karena cinta saja tidak cukup, harus ada kesiapan dalam segala aspek, terutama ekonomi.
Perempuan Mandiri Ekonomi
Bagi perempuan yang telah menikah, kemandirian ekonomi tetap menjadi nilai penting. Bukan berarti menolak peran suami sebagai pencari nafkah utama, tapi sebagai bentuk antisipasi dan penghormatan terhadap diri sendiri. Paham inilah yang saat ini saya anut, tetap bekerja walau seluruh kebutuhan rumah tangga telah dipenuhi suami.
Saya justru dapat menjaga keharmonisan karena tetap memiliki penghasilan sendiri, meski tak selalu besar. Dengan memiliki penghasilan sendiri saya bisa berdiskusi terbuka tentang pengeluaran keluarga tanpa merasa saling bergantung secara berlebihan. Kami berbagi tanggung jawab untuk membayar kebutuhan rumah tangga dan menyepakati pembagian peran sesuai kapasitas masing-masing.