Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneladani Pancasila agar Hijrah Tak Salah Kaprah

7 September 2019   22:37 Diperbarui: 7 September 2019   22:43 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Pancasilais - jalandamai.org

Berbicara tentang Indonesia, tak bisa dilepaskan dari Pancasila. Kelima sila yang diambil dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia ini, telah terbukti bisa menjadi dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila adalah Indonesia itu sendiri. Kelima sila itu merupakan bagian dari budaya itu sendiri. Tak heran jika Pancasila terbukti bisa menyatukan keragaman yang ada di Indonesia. Jika kita sebagai orang Indonesia, tapi ucapan dan perilaku kita tidak mencerminkan Pancasila, mungkin kita harus berlajar kembali tentang nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila.

Saat ini, banyak orang mulai meninggalkan Pancasila. Sebagian orang menilai Pancasila itu sesat, kafir, tidak sesuai perkembangan zaman, atau anggapan negative lain. Tapi faktanya, Pancasila mengajarkan apa yang telah diajarkan oleh seluruh agama. Pancasila menganut nilai kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan. Dan sadar atau tidak, semuanya itu ada dalam setiap ajaran agama dan adat istiadat semua suku yang ada dari Aceh hingga Papua.

Tidak sedikit diantara masyarakat kita, yang memilih hijrah ke radikalisme dan meninggalkan Pancasila. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang salah kaprah dalam menyikapi banyak hal. Agama yang semestinya bisa menuntun pada hal yang lebih baik, justru mengantarkan pada hal yang negative karena salah kaprah dalam memahaminya. Praktek hijrah yang salah ini, tidak perlu diikuti. Kenapa? Karena hijrah tidak pernah mengajarkan kejelekan. Hijrah yang diajarkan Rasulullah SAW mengarah pada kedamaian.

Mengimplementasikan Pancasila dalam keseharian, adalah hijrah yang sesungguhnya di era milenial ini. Sila pertama mengajarkan bahwa perkembangan negeri ini tidak akan seperti sekarang ini tanpa campur tangan Tuhan. Dengan tetap mengingat Tuhan, maka kita tidak akan merasa paling benar. Dengan tetap mengingat Tuhan, kita tidak akan lupa bahwa pada dasarnya kita adalah makhluk ciptaan-Nya, tidak bisa semau-maunya.

Sila kedua mengajarkan tentang kemanusiaan. Memanusiakan manusia merupakan kewajiban kita semua. Setiap manusia mempunyai posisi yang sama, tidak boleh saling menindas dengan alasan apapun. Tidak boleh pula melakuan persekusi atas nama mayoritas atau yang lain. Karena posisinya sama, semestinya diantara kita bisa saling menghargai, menghormati dan tolong menolong. Dan hal ini pun sebenarnya juga tercermin dalam setiap budaya kita. Dengan saling membantu, menghargai dan menghormati akan tercipta persatuan dan kesatuan.

Sebagai generasi penerus, menjaga persatuan dan kesatuan juga merupakan keniscayaan. Luas wilayabeh Indonesia yang sangat luas, akan bisa tetap terjaga jika masyarakatnya bisa saling berdampingan dan mengedepankan persatuan. Karena luasnya wilayah Indonesia, tentu saja keragaman menjadi hal yang tak terhindarkan. Dan dengan banyaknya keragaman tersebut, tentu berpotensi membuat pandangan berbeda. Berpotensi membuat tradisi berbeda. Bahkan bisa membuat keyakinan berbeda satu dengan yang lain. Namun, kita punya tradisi musyawarah yang juga diadopsi dalam sila keempat Pancasila. Jika semuanya mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan menghilangkan ego pribadi atau kelompok, solusi akan bisa didapatkan. Dan jika semua itu dilakukan, tentu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan tercapai. Karena itulah, hijrahlah ke Pancasila, menjadi pilihan yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun