Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bhinneka yang Memerdekakan

5 Desember 2017   10:27 Diperbarui: 5 Desember 2017   11:52 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://3.bp.blogspot.com/-pwGJMwjxwkA/VVKz_djO8YI/AAAAAAAAAlE/A6dWMrWUyTw/s1600/antarafoto-Sumpah%2BPemuda-281009-04.jpg

Sering kita melihat keluarga yang memiliki anak dengan perbedaan. Perbedaan itu bukan hanya fisik, tapi juga keyakinan. Perbedaan keyakinan dalam satu etnis bahkan dalam satu darah sebenarnya tak perlu dipandang sebagai halangan. Perbedaan yang di miliki keluarga itu harusnya dipahami sebagai kekuatan pemersatu keluarga itu. Dengan saling menghargai satu sama lain, anggota keluarga itu menjadi lebih berarti satu sama lain.  Hal 'lebih berarti' ini akan memerdekakan satu individu terhadap individu lain dalam keluarga.

Sama dengan bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau ini, juga punya ribuan etnis , ratusan kepercayaan kepada Tuhan, ratusan bahasa / dialek dan bermacam-macam agama. Sama dengan ilustrasi keluarga yang berbeda di atas, perbedaan dan kebhinekaan itu harusnya dipandang sebagai alat pemersatu.

Dalam konteks berbangsa, perbedaan dan kebhinekaan juga harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme dan multietnis dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas. Kekuatan spiritualitas disini maksudnya adalah bahwa masyarakat melihat perbedaan itu sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan sebagai sebuah kekuatan bukan sebagai ancaman atau gangguan. Semua budaya, agama dan suku yang ada tetap pada bentuknya masing-masing, yang mempersatukan adalah rasa nasionalisme kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang memiliki ratusan budaya, adat istiadat, kebiasaan/tradisi yang baik dan positif. Pandangan seperti ini mampu menjadikan kita merdeka, bebas dari nilai-nilai etnis yang bisa memenjarakan kita.

Kebhinekaan adalah tonggak pemersatu bangsa yang harus dipandang dengan kebanggaan, kebanggaan karena kita bisa terlepas dari paham primordialisme sempit yang mengangap ras, adat, agama lain lebih rendah/buruk dibanding milik diri pribadi. Pengkotak-kotakan elemen masyarakat ini adalah buah dari era penjajahan kolonial Belanda yang menggunakan taktik perang "Devide Et Impera".

 Pemerintah kolonial Belanda menggunakan taktik tersebut untuk  memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar lebih mudah ditaklukan secara satu persatu. Ibarat sapu lidi, jika lidi-lidi kecil disatukan jadi sapu lidi besar, maka kita akan sulit mematahkannya, namun jika lidi tersebut dipisahkan satu persatu maka akan lebih mudah mematahkannya.

Kebangsaan itu sama halnya dengan jiwa kita sebagai masyarakat Indonesia. Jiwa itu berarti menjamin keberadaan dan meningkatkan kualitas kehidupan bangsa kita ke depan. Dengan demikian dalam rangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia didalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai sebuah cita cita nasional yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman kepada falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun