Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempererat Persaudaraan di Dunia Maya

4 Agustus 2017   19:55 Diperbarui: 4 Agustus 2017   20:05 1696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu ketika, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka," maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh dia telah diberi taufik," atau "Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?" Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi". Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim).

Silaturahmi ternyata dinyatakan sebagai hal yang sangat penting. Dan penegasan ini sebenarnya juga pernah dijelaskan Allah dalam Al Quran. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat : 13).

Saling mengenal antar sesama, merupakan bentuk dari menjaga silaturahmi. Dan menjaga silaturahmi merupakan bentuk dari persaudaraan. Dan mempererat persaudaraan, ternyata sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Mari kita lihat apa yang terjadi saat ini. Maraknya ujaran kebencian telah membuat orang memutus tali silaturahmi. Di dunia maya, banyak orang memutus tali pertemanan hanya karena berbeda pandangan. Di dunia nyata, banyak orang memutus tali pertemanan hanya karena terprovokasi oleh kebencian di dunia maya. 

Dunia maya bisa berdampak buruk, jika memang disengaja untuk menebarkan keburukan. Namun sebaliknya, dunia maya juga bisa berdampak pada hal yang positif, jika memang digunakan untuk keperluan yang positif. Sisi positif itu bisa muncul, jika dilandasi toleransi. Melalui toleransi antar umat, semuanya berada pada posisi yang sama. Dengan adanya toleransi, juga akan ada empat antar sesama. Rasa inilah yang bisa mempererat persaudaraan, tanpa harus memandang suku, agama ataupun latar belakang lainnya.

Begitu juga dalam bermedia sosial di dunia maya. Hendaknya juga dilandasi toleransi, saling menghormati dan tolong menolong antar sesama. Tanpa itu semua, akan membuat orang merasa benar sendiri. Apalagi juga sudah terpapar paham radikalisme dan intoleransi. Mereka akan merasa paling benar dan melihat orang yang berseberangan, sebagai pihak yang salah. Dan kalau sudah pada posisi salah, munculah istilah 'kafir' dan ujaran kebencian lainnya. Hal ini pun sering kita lihat akhir-akhir ini. Hanya karena perbedaan pandang, bisa memicu kebencian. Hanya karena perbedaan politik, bisa memicu sentimen SARA.

Mari kita berpikiran positif. Dalam keberagaman, semestinya tidak mempersoalkan perbedaan. Karena pada dasarnya kita semua adalah berbeda. Bahkan, Tuhan pun menciptakan manusia berbeda-beda. Jika kita bisa memaknai perbedaan itu sebagai anugerah, tidak ada lagi pertentangan diantara manusia. Karena pada dasarnya semua manusia saling melengkapi. Karena itulah manusia disebut sebagai makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri. Sebaliknya, manusia merupakan makhluk saling membutuhkan pertolongan antar sesama. Pada titik inilah, mempererat tali silaturahmi sangat penting. Baik itu di dunia nyata ataupun dunia maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun