Mohon tunggu...
Halimatus Sadiyah
Halimatus Sadiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Kesuksesan tidak akan menemukan kita, jika kita hanya berdiam diri. Maka, bangkit dan raihlah kesuksesan itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Islam terhadap Dunia Pendidikan di Eropa Abad Pertengahan

7 Juli 2020   23:09 Diperbarui: 7 Juli 2020   23:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerjemahan Karya-Karya Keilmuwan Islam ke dalam Bahasa Latin.

Munculnya lembaga-lembaga pendidikan tinggi pada abad ke-12 di Eropa, terjadi secara beruntutan dengan penerjemahan karya intelektual dan keilmuan Islam ke dalam bahasa Latin , dan penyebarannya ke Negara-negara Perancis dan Itali. Gejolak di pusat kegiatan intelektual sekitar sekolah gereja mengembangkan  lingkungan yang matang bagi penerimaan warisan intelektual Islam. Abelard hanya menemui sejumlah warisan intelektual filsafat Yunani yang terbatas terutama adalah Logic karya Aristoteles, yang sudah diterjemahkan berabad-abad sebelumnya oleh Boethius. Di samping itu, dia sendiri boleh jadi sudah kenal dengan karya Plato, Timaeus. "Isagoge" karya Porphyry yang menempatkan ide-ide aliran Aristoteles dalam bentuk aliran pemikiran neoplatonik dan juga Categories, karya Aristoteles seperti diambil oleh Porphyry dan kemudian diterjemahkan oleh Boethius. Pentingnya logika Aristeles tampak dalam metodologi dan bentuk Abelard, dan perdebatan skolastik tentang alam semesta disajikan dengan jelas dan baik dalam "Isagoge", maupun Categories. Tetapi orang hanya dapat bertanya-tanya apa semestinya sudah  bias dilakukan Abelard andaikan dia sudah menggunakan sisa-sisa karya besar Arsitoteles dan komentar-komentar tentangnya oleh intelektual besar seperti Ibn Rusy, Ibn-Sina dan Al-Ghazali. Hal ini mengingatkan para penerus  tradisi intelektual Abelard  untuk memasukkan kerangka pengetahuan yang luas itu ke dalam kerangka filsafat mereka sendiri. Hal ini terjadi pada abad-abad ke-12 dan 13 ketika warisan keilmuwan Islam yang luas sampai ke Eropa dan menemukan lingkungan yang baik bagi aktivitas intelektual di universitas yang sedang berkembang pada abad pertengahan.

Sementara peneyebaran tradisi pendidikan Islam ke Eropa Barat sudah erjadi menjelang tahun 1.100, banjir (ilmu pengetahuan) yang sesungguhnya baru terjadi pada abad ke-12, yang surut lagi pada abad ke-13. saat itu merupakan masa penyusutan filsafat dalam Islam khususnya Timur-Tengah dengan didominasi oleh pendidikan tinggi oleh pusat keagamaan tradisional. Masa  itu juga merupakan perkembangan terakhir tradisi intelektual Islam  yang terjadi di Andalusia dengan prestasi-prestasi Ibn Rusy, yang tulisan-tulisannya tentang filsafat peripatetic dikecam dan kebanyakan diabaikan oleh para ilmuwan di Negara-negara Islam sendiri.

Sumbanga Islam bagi Dunia Pendidikan Eropa Abad Pertengahan

Barat sudah lama mengakui pentingnya perpindahan ilmu dan rangsangan  pendidikannya dari wilayah-wilayah Islam abad pertengahan. Pengetahuan yang masuk itu berasal dari lembaga-lenaga pendidkan informal dan pribadi yang berkembang dalam masyarakat  Islam- melalui ilmuwan-ilmuwan yang bebas di lingkaran studi, perpustakaan, rumah sakit, dan observasi. Sebaliknya, ilmuwan-ilmuwan Barat tidak menganggap lembaga-lembaga formal Islam mesjid akademi dan madrasah sebagai sumber dan karakteristik lembaga pendidikan tinggi di dunia Kristen. Padahal dua lemabga pendidikan yang berorientasi keagamaan itu (mesjid dan madrasah) mendominasi Negara-negara Islam sebagai system persekolahan yang terstruktur dan tumbuh subur, berfungsi sebagai almamater bagi kebanyakan mahasiswa dan  fakultas yang berbahasa Arab.  Dan diantara  kemungkinan pengaruh Islam terhadap metode pengajaran dan struktur  akademi Latin, tampak lebih nyata pada kasus yang pertama (metode pengajaran). Masyarakat akademik  Barat dan Latin  jelas  menggunakan kerangka metode skolastik yang sama  tidak hanya sebagai metode analisis, tetapi juga sebagai perantara dalam penyajian  konsep-konsep intelektual. Filsafat peripatetic memudar pada abad-abad ke-10 dan ke-11  sebagai bagian resmi dari pendidikan tinggi Islam. Tetapi metodologi filsafat yang berakar dari Yunani dan dikembangkan lebih maju oleh ilmuwan-ilmuwan Islam betul-betul ada dalam bidang, kalam yang menjadi  perantara untuk masuk ke dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi Islam, akademi-akdemi hukum. Bagi sarjana-sarjana Islam dan Kristen, metodologi skolastik muncul dari ketegangan yang ada antara kepercayaan yang diwahyukan kepada mereka yang satu melalui al-qur'an dan yang satu melalui Bibel ditangkap dengan melihat realitas kehidupan sehari-hari. Baik dalam Islam maupun Kristen, asumsi-asumsi dasar filsafat bertolak dari wahyu. Namun demikian kalangan terdidik mereka menggunakan metode deduktif, yang melibatkan logika untuk mendukung keabsahan interpretasi terhadap dogma keagamaan dan untuk menginformasikan kesadaran pada perilaku moral sambil menentukan aksi yang tepat dalam dunia waktu.  Bagi kedua peradaban itu dasar-dasar wahyu tetap diterima, dan ajaran-ajaran dasar keimanan agama selalu dihadirkan sebagai kebenaran yang tidak dapat dotolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun