Kemarin sore Indonesia dikejutkan dengan kabar reshuffle kabinet yang mengubah beberapa posisi penting, termasuk penggantian Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan oleh Purbaya Yudhi Sadewa, mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan.
Reshuffle ini meskipun mencerminkan perubahan arah kebijakan fiskal yang lebih cepat dan politis, juga memberi ruang bagi refleksi tentang salah satu kualitas terbaik Sri Mulyani, yakni kemampuan public speaking-nya yang luar biasa.
Bagi saya, sebagai akademisi dan praktisi Ilmu Komunikasi, keahlian komunikasi Sri Mulyani adalah contoh sempurna bagaimana seorang pemimpin dapat memengaruhi audiens dengan kata-kata dan membangun hubungan yang kuat dengan publik.
Public Speaking yang Menginspirasi dan Memengaruhi
Keahlian public speaking Sri Mulyani memang sudah tidak diragukan lagi. Sejak pertama kali saya mendengar pidato beliau, saya langsung terkesan dengan cara beliau menyampaikan materi yang sangat teknis, seperti kebijakan fiskal dan anggaran negara, dengan cara yang mudah dipahami oleh banyak orang. Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, saya sering terinspirasi oleh cara beliau memanfaatkan teknik-teknik komunikasi untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif.
Sri Mulyani memiliki kemampuan untuk menyederhanakan topik yang rumit, seperti utang negara atau kebijakan fiskal, dengan analogi yang mudah dimengerti. Misalnya, dalam menjelaskan defisit anggaran, beliau menggunakan perumpamaan yang sederhana, seolah-olah berbicara kepada teman sebaya.
Penggunaan bahasa yang jelas, penuh analogi yang mudah dipahami, dan penyampaian yang penuh empati, membuat siapa pun yang mendengarkan merasa lebih dekat dengan kebijakan yang disampaikan. Ini adalah keahlian public speaking yang sangat penting, terutama ketika berbicara di hadapan audiens yang beragam, dari akademisi hingga masyarakat umum.
Menghubungkan Data dengan Realitas Masyarakat
Sebagai mahasiswa yang mempelajari komunikasi, saya selalu tertarik dengan bagaimana seseorang dapat menghubungkan data dan fakta dengan realitas yang lebih luas, yang dapat diterima oleh audiens dari berbagai latar belakang.
Dalam hal ini, Sri Mulyani adalah contoh yang hampir sempurna. Meskipun beliau berbicara tentang data yang sangat teknis dan rumit, cara beliau menjelaskannya selalu berusaha menghubungkan data tersebut dengan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pernah menyaksikan tayangan saat beliau menjelaskan tentang anggaran negara, Sri Mulyani membandingkan kebijakan fiskal dengan pengelolaan keuangan keluarga. Ia menyampaikan bahwa anggaran negara, seperti halnya anggaran rumah tangga, harus seimbang antara pendapatan dan pengeluaran.