Mohon tunggu...
Huda
Huda Mohon Tunggu... pekerja bebas

Pengamat fenomena sosial ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan, menyenangi keberagaman dan keadilan dalam berbangsa bermasyarakat

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kolam Susuk Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur, Inspirasi Lagu "Kolam Susu" Koes Plus

27 April 2025   09:48 Diperbarui: 27 April 2025   10:24 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenangnya Kolam Susuk Kab. Belu Prov. Nusa Tenggara Timur (Sumber: koleksi pribadi)

Kolam Susuk atau yang juga dikenal sebagai Kolam Susu adalah sebuah telaga alami yang terletak di Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lokasinya berjarak sekitar 17 hingga 20 kilometer dari Kota Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan bermotor dari pusat kota. Keindahan kolam ini telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat lokal.

Asal usul nama "Kolam Susuk" berasal dari kisah legenda setempat. Dalam cerita rakyat, disebutkan bahwa tujuh bidadari dari Kerajaan Lifao di Oecusse (kini wilayah Timor Leste) singgah di kolam ini untuk mandi. Untuk menjaga keselamatan para bidadari dari niat buruk para pembantu raja, Raja Lifao mengutus sekawanan nyamuk agar para bidadari tidak tertidur saat mandi. Dari kisah inilah, kolam tersebut dinamakan "Kolam Susuk," karena "susuk" dalam bahasa lokal berarti "sarang nyamuk".Selain kaya akan cerita rakyat, kolam ini juga menawarkan keunikan alam. Air Kolam Susuk sangat jernih dengan dasar tanah berwarna putih. Ketika terkena sinar matahari, air kolam memantulkan warna putih seperti susu, sehingga tampak seolah-olah kolam tersebut berisi susu. Kondisi ini menginspirasi banyak orang, termasuk grup musik legendaris Indonesia, Koes Plus, untuk mengabadikan keindahan kolam ini dalam lagu mereka yang berjudul "Kolam Susu".


Pada tahun 1971, Koes Plus melakukan perjalanan dari Kupang menuju Dili dan singgah di Atambua. Mereka terpesona oleh keindahan dan kekayaan alam di Kolam Susuk. Dari pengalaman itu, mereka menciptakan lagu "Kolam Susu" yang menggambarkan betapa suburnya alam Indonesia, dengan lirik yang menggambarkan bahwa hanya dengan kail dan jala saja, masyarakat bisa hidup sejahtera tanpa harus menghadapi badai atau topan. Sebagai bentuk penghargaan, Koes Plus juga membangun sebuah sekolah dasar di tepi kolam tersebut.
Sayangnya, saat ini Kolam Susuk mengalami penurunan popularitas. Dahulu, di sekitar kolam terdapat banyak saung dan pedagang ikan bandeng bakar yang menjadi daya tarik wisatawan. Namun kini, fasilitas tersebut banyak yang terbengkalai dan kegiatan adat panen bandeng yang dulunya rutin dilakukan kini sudah jarang karena keterbatasan biaya. Meski demikian, Kolam Susuk tetap menjadi simbol kekayaan alam dan budaya Indonesia yang patut dikenang dan dilestarikan.
Di sekitar Kolam Susuk di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat berbagai pilihan wisata menarik yang bisa dikunjungi, baik wisata bahari, religi, maupun budaya. Untuk wisata bahari, pengunjung bisa menikmati keindahan Pantai Atapupu yang berpasir putih dan menawarkan suasana tenang, serta Teluk Gurita yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari Kolam Susuk dengan pemandangan laut dan perbukitan yang memesona. Selain itu, ada juga Pantai Pasir Putih Atapupu yang cocok untuk bersantai menikmati matahari terbenam.
Untuk wisata religi, terdapat Patung Bunda Maria Segala Bangsa yang berdiri megah di Bukit Teluk Gurita, menjadi tempat ziarah sekaligus menawarkan panorama alam indah. Ada pula Gua Maria Toro di Kecamatan Atambua Barat yang sering dikunjungi umat Katolik, terutama saat masa Tri Hari Suci Paskah.
Sementara itu, untuk wisata budaya, pengunjung dapat mengunjungi Desa Adat Duarato untuk belajar tentang tradisi menenun kain khas Belu dan merasakan kehidupan adat masyarakat setempat. Selain itu, Lembah Fulan Fehan di Desa Dirun menyuguhkan sabana luas yang sering menjadi lokasi festival budaya seperti tarian Likurai, dan Kampung Adat Kewar yang mempertahankan rumah adat serta tradisi leluhur yang masih lestari hingga kini. Semua destinasi ini membuat perjalanan ke sekitar Kolam Susuk menjadi pengalaman yang lengkap dan berkesan.

Untuk mengunjungi Kolam Susuk di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, perjalanan dari Jakarta bisa ditempuh dengan penerbangan menuju Kupang terlebih dahulu, karena belum ada penerbangan langsung ke Atambua. Maskapai seperti Citilink, Lion Air, dan Wings Air melayani rute Jakarta-Kupang, kemudian dilanjutkan dengan penerbangan lokal dari Kupang ke Bandara A.A. Bere Tallo di Atambua dengan durasi sekitar satu jam. Alternatif lainnya adalah perjalanan darat dari Kupang ke Atambua menggunakan bus atau mobil sewaan dengan waktu tempuh sekitar enam hingga tujuh jam.
Sesampainya di Atambua, wisatawan dapat menginap di berbagai pilihan akomodasi yang nyaman dan terjangkau, seperti Hotel Setia, Hotel King Star, Hotel Matahari, Edhotel Kusuma Mitra RedDoorz, Hotel Permata, dan beberapa hotel lainnya yang semuanya menyediakan fasilitas memadai dengan harga terjangkau. Dari pusat Kota Atambua, perjalanan ke Kolam Susuk hanya membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit dengan kendaraan bermotor.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun