Peribahasa dalam KBBI diartikan sebagai: (1) kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan); (2) ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.Â
Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki peribahasa sendiri sesuai dengan bahasa yang mereka tuturkan. Peribahasa tersebut mengandung nilai-nilai moral dan ajaran hidup yang masih sangat relevan dipedomani di era modern saat ini. Bunyinya boleh saja kuno, tetapi penafsiran maknanya dinamis selaras dengan kemajuan peradaban.Â
Sebagai orang yang dibesarkan dan dididik dalam lingkungan budaya Kerinci, sedikit banyak penulis mengetahui beberapa peribahasa-peribahasa yang dituturkan oleh para orangtua terdahulu. Berikut beberapa peribahasa orang Kerinci beserta dengan maknanya.Â
1. S'bab antin jatoh 'nggang tirebang, s'bab gurun layu gajah nempuh
Terjemahannya ranting yang jatuh dikarenakan burung enggang yang terbang, padang rumput layu karena dilalui gajah. Peribahasa ini mengandung makna bahwa segala sesuatu peristiwa terjadi pasti karena ada sebab atau dalang dibaliknya. Tidak ada suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan.Â
2. Kato ptang dak sampai pagi, kato pagi dak sampai ptang
Terjemahannya: perkataan sore tidak sampai pagi, perkataan pagi tidak sampai sore. Maksudnya adalah orang-orang yang tidak konsisten dengan perkataannya, tipe manusia semacam ini tidak bisa dipercaya.Â
3. Negakkah b'nang basah
Terjemahannya, mendirikan benang basah. Maksudnya adalah membela orang-orang yang nyata-nyatanya telah berbuat suatu kesalahan. Sikap seperti ini tidak perlu dicontoh.
4. Cinak B'lando mintak tanah
Terjemahannya, seperti orang Belanda minta tanah. Adalah kiasan bagi orang-orang yang bersikap tamak dan rakus, tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Dikasih hati minta limpa, dikasih limpa minta jantung.Â