Nipah (Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb.) Adalah tanaman palem (palmae) hidup berkembang di sepanjang tepi laut pasang surut, hutan bakau, dan muara sungai yang berair payau.
Nipah tumbuh dengan rapat sering berbentuk komunias yang murni, merupakan jenis satu-satunya marga Nypa dalam kelompok tumbuhan bakau. Nipah sebagian  besar  tumbuh secara alami dan hanya digunakan sebagai tanaman konservasi belum dikembangkan ke   arah   tanaman industri.   Meskipun   populasi   nipah sedemikian besar, namun pemanfaatannya sebagai sumber pangan  dan  energi  belum  banyak dilaporkan (Erdiyus   et   al.   2017; Radam et al. 2019). Nipah sendiri salah satu tanaman multiguna dapat dimanfaatkan sebagai baham baku pangan dan non pangan, zaman dulu masyarakat memanfaatkan nipah dengan tradisional namun bleum optimal.
Disadap  untuk  diambil niranya sebagai sumber pemanis dan difermentasi menjadi cuka. Buah yang masih  muda  dijadikan  kolang-kaling untuk campuran es buah, minuman maupun  kolak, dan  tunasnya  dapat diolah   menjadi   makanan. Seperti masyarakat Desa, Aluh-Aluh, Kabupaten   Banjar   yang   tinggal   di sekitar tumbuhan nipah yang tersebar di sepanjang sungai,hingga  saat ini hanya memanfaatkan daun dan tulang daun nipah. Dan nipah dimanfaatkan untuk  membuat  atap  dan  dinding rumah(kajang), tulang  daun  untuk membuat sapu lidi,sedangkan buah, akar, dan pelepahnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini karena kurangnya informasi tentang pemanfaatan nipah (Megawati et al. 2022). Selain daun, nira nipah juga dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat  Batu  Ampar, Pontianak untuk menghasilkan gula dangaram selain jajanan yang dibuat dari daging buah nipah.
- Kelimpahan dan potensi buah nipah untuk sumber pangan
Dalam upaya diversifikasi pangan perlu diidentifikasi kelimpahan sumber pangan lokal. Oleh sebab itu, sebagai sumber pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan penting untuk mengetahui habitat dan potensi nipah sebagai sumber pangan yang mencakup jumlah pohon dan produksi buah per satuan luas. Penelitian mengenai kelimpahan buah nipah dilakukan di Desa Sangkimah Lama, Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi ini termasuk kawasan binaan perusahaan tambang batu bara PT Kaltim Prima Coal (Subiandono et al. 2011). Kandungan gizi tepung buah nipah juga dianalisis dan dibandingkan dengan komoditas beras, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas sorgum, dan dedak.
- Diversifikasi pangan buah nipah
Diversifikasi horizontal adalah strategi pemenuhan kebutuhan pangan dengan mengurangi ketergantungan pada salah satu komoditas tertentu. Diversifikasi vertikal merupakan pengembangan produksi pasca panen dengan cara mengolah hasil dan limbah pertanian untuk meningkatkan nilai tambah. Implementasi diversifikasi vertikal membuat satu jenis komoditas dapat diolah menjadi berbagai produk pangan maupun non pangan, atau dikenal dengan istilah pohon industri (Widowati et al. 2023). Hal ini dapat mengancam keberlanjutan produksi dan konsumsi pangan lokal dan dapat menjadi penghambat dalam menggalakkan diversifikasi pangan lokal (Widowati et al. 2023). Berdasarkan hasil pengujian, ada tiga golongan komponen pangan fungsional yang terkandung didalam buah nipah. Golongan pertama adalah vitamin, golongan kedua mineral, sedangkan golongan ketiga adalah serat pangan (Khairi et al. 2020).
- Selai
Selai merupakan makanan awetan berbentuk setengah padat atau kental yang terbuat dari sari buah atau buah yang telah dihancurkan dan ditambah gula. Buah nipah muda memiliki tekstur yang lunak dan rasa yang manis mirip kelapa muda. Buah nipah dengan tingkat kematangan sedang dapat dijadikan selai dengan cara dibelah, diambil dagingnya, dicuci lalu dihancurkan menggunakan blender dengan penambahan air 1:1. Bubur daging buah nipah lalu dimasak, ditambah gula, dan asam sitrat sambil terus diaduk hingga mengental menjadi pasta selai. Afrizal dan Pato (2017) melakukan penelitian mengenai rasio penambahan gula dalam pembuatan selai buah nipah dengan menggunakan konsentrasi gula 20% -- 50%. Selai buah nipah diuji kadar air, kadar abu, kadar gula total, viskositas, dan penilaian sensori. Penilaian sensori yang dilakukan adalah uji deskriptif dan uji hedonik (uji kesukaan) secara keseluruhan dengan atribut warna, aroma, rasa, dan tekstur oleh 30 panelis semi terlatih.
- Tepung
Berbeda dengan daging buah nipah muda, daging buah nipah tua mempunyai tekstur yang keras dan rasa yang hambar, namun dapat dimanfaatkan menjadi tepung. Menurut penelitian Radam et al. (2019) daging buah nipah tua dibuat menjadi tepung dengan cara pemarutan dan pengirisan, lalu dikeringkan dan digiling hingga diperoleh tepung yang halus. Rendemen yang paling tinggi diperoleh dengan cara iris (30,10%) dibandingkan dengan cara parut (30,00%). Hasil penelitian menunjuk kan roti yang dihasilkan dari tepung buah nipah agak mirip dengan roti yang dibuat dari tepung sagu, rasanya enak dan gurih (Radam et al. 2019). Meskipun demikian, tepung buah nipah masih dapat dijadikan tepung substitusi. Hal ini karena tepung buah nipah memiliki keunggulan mengandung serat dan mineral Fe yang tinggi. Serat berperan penting dalam program diet karena makanan yang tinggi serat akan memberikan rasa kenyang lebih lama, menjaga kestabilan kadar gula darah, dan melancarkan proses pencernaan. Selain itu, kandungan Fe yang tinggi sangat penting untuk memenuhi AKG zat besi dan mencegah anemia. Oleh sebab itu, tepung buah nipah ini baik untuk kesehatan dan dapat dijadikan bahan baku produk pangan fungsional (Radam et al. 2019).
- Fruit Leather
Erdiyus et al. (2017) melakukan penelitian dengan memanfaatkan buah nipah untuk dijadikan fruit leather dan kulit buah naga merah sebagai pewarna alaminya. Buah nipah yang digunakan adalah buah muda dengan bahan tambahan asam sitrat, gula pasir, dan gum arab. Untuk memperoleh fruit leather yang baik dibuat perbandingan daging buah nipah dengan kulit buah naga merah, yaitu: NH1 (65:35), NH2 (60:40), NH3 (55:45), NH4 (50:50). Cara pembuatan fruit daging leather dengan memotong buah nipah kecil-kecil kemudian dihaluskan menggunakan blender dengan penambahan air 1:1 hingga diperoleh bubur buah yang lembut. Demikian juga dengan kulit buah naga merah, dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan menggunakan blender dengan penambahan air 1:1/8. Kedua bubur yang diperoleh ditimbang sesuai dengan perban dingan pada tiap perlakuan, kemudian ditambah gula 40%, gum arab 1%, dan asam sitrat 0,1%. Selanjutnya, campuran dipanaskan pada suhu 70 -- 80oC selama 2 menit, lalu adonan dituang ke dalam cetakan yang sudah dilapisi aluminum foil dengan ketebalan 3 mm dan dikeringkan di oven pada suhu 60 oC selama 8 jam. Adonan yang sudah kering dipotong dengan ukuran 3,5 x 3,5 cm lalu digulung. Parameter yang diuji adalah: kadar air, kadar abu, derajat keasaman (pH), gula total, dan penilaian sensori. Hasil penelitian menunjukkan, kadar air semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kulit buah naga merah dalam perlakuan. Sebaliknya, kadar abu meningkat seiring dengan peningkatan jumlah daging buah nipah dalam perlakuan. Derajat keasaman (pH) pada penelitian ini menurun seiring dengan peningkatan jumlah kulit buah naga merah dalam perlakuan. Kadar gula total semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah daging buah nipah dalam perlakuan.
- Jelly
Buah nipah dapat diolah menjadi permen jelly menggunakan buah nipah dengan tingkat kematangan sedang. Permen jelly nipah dibuat dari sari daging buah nipah, ditambah gula, dan bahan pembentuk gel, sehingga dihasilkan permen jelly yang bertekstur kenyal dan transparan. Pengolahan permen jelly nipah adalah dengan menghaluskan daging buah nipah dengan penambahan air hingga menghasilkan bubur cair yang lembut, kental, dan berlendir. Untuk menghasilkan sari daging buah nipah agar sesuai dengan kekenyalan permen jelly maka perbandingan antara buah nipah dengan air adalah 1:8. Untuk menghasilkan permen jelly nipah hanya membutuhkan sedikit bahan baku buah nipah dibandingkan untuk membuat permen jelly lidah buaya. Selain itu, kristal gula yang terbentuk sempurna pada proses pembuatan permen jelly nipah dapat berfungsi sebagai pengawet sehingga tidak diperlukan tambahan pengawet (Destiana et al. 2021). Potensi pengembangan permen jelly nipah bagi masyarakat Desa Sungai Kupah adalah (i) buah melimpah; (ii) tidak perlu menanam nipah dan buahnya dapat diambil gratis; (iii) penduduk yang sebagian besar nelayan tentunya memiliki sampan/perahu yang mempermudah pengambilan buah nipah; (iv) belum ada permen jelly nipah yang dipasarkan di Kalimantan Barat; (v) pembuatan permen jelly mudah dan dapat dilakukan dengan peralatan masak biasa. Potensi lainnya adalah keberadaan kawasan wisata mangrove di Kecamatan Sungai Kakap, yakni Equator Park di Desa Jejuru Besar dan Wisata Telok Berdiri di Desa Sungai Kupah. Lokasi wisata lainnya adalah Kakap Explore, Balek Kampoeng, Berembang Asri, dan Rekadana. Tentunya keberadaan tempat-tempat wisata ini memiliki peluang besar sebagai lokasi pemasaran permen jelly nipah. Selain itu, keberadaan toko atau kios oleh oleh di Kota Pontianak dan sekitarnya juga dapat menjadi tempat pemasaran permen jelly nipah (Destiana et al. 2021). Dengan demikian, permen jelly berbahan dasar buah nipah dapat menjadi peluang usaha untuk menambah penghasilan keluarga bagi masyarakat Desa Sungai Kupah.
- Dodol