Kemenangan telak itu membuat MU menjadi headline. Mereka tim paling sukses dari 32 tim di leg I babak 32 besar Europa League. Hampir pasti, MU lolos ke babak 16 besar.
Sebab, rasanya mustahil, MU bakal kalah 0-5 saat giliran menjamu Real Sociedad di laga leg II pada 26 Februari nanti. Atau, kalah 0-4 lantas kalah lagi dalam babak adu penalti. Mungkin hanya haters akut MU yang bakal bilang begitu.
Tanpa mendahului takdir, rasanya pertandingan leg kedua nanti hanya akan menjadi formalitas. Sekadar menunaikan jadwal.
Tidak hanya di babak 16 besar, MU rasanya bakal melaju jauh di kompetisi ini.
Sebab, selain tidak ingin sakit hati lagi seperti musim lalu, MU juga ingin kehilangan mukanya di kompetisi ini. Ada gengsi. Kalau sudah turun di kompetisi ini, kenapa nggak sekalian juara.
Realistis, MU sulit juara di Premier League
Ya, gengsi itulah alasan kedua yang membuat MU bakal habis-habisan di kompetisi ini.
Apalagi, memasuki Februari ini, Ole Solskjaer pasti sudah mulai berpikir realistis. Bahwa, peluang timnya di Premier League mulai menipis. MU sulit juara seiring penampilan ganas Manchester City.
Lha wong di klasemen Liga Inggris, MU yang ada di peringkat 2 dengan 46 poin, tertinggal 10 poin dari Manchester City (56 poin) yang "kedinginan" di pucuk klasemen.
Memang, Liga Inggris 2020/21 masih menyisakan 14 pertandingan. Masih ada kemungkinan 42 poin (bila menang terus) yang bisa diraih.
Artinya, apapun masih bisa terjadi. Namun, dengan fakta Manchester City kini selalu menang di 12 laga terakhir di Premier League, sulit membayangkan MU bisa mengejar City. Jadi, MU memang harus realistis.