Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenal RB Leipzig, "Tim Kuda Hitam" Sebenarnya di Liga Champions

18 Agustus 2020   16:30 Diperbarui: 18 Agustus 2020   23:05 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RB Leipzig menjadi tim kuda hitam di Liga Champions musim ini. Mereka akan tampil di semifinal melawan PSG dini hari nanti/Foto: AFP/INA FASSBENDER/Kompas.com

Oleh Nagelsmann, mereka 'disulap' menjadi unit tim yang solid. Dia kini jadi sorotan, persis seperti ketika Jose Mourinho bersama FC Porto mengalahkan Manchester United di Old Trafford pada musim 2004 silam yang membuatnya jadi sorotan seantero Eropa.

Julian Nagelsmann, figur pelatih generasi baru

Nagelsmann adalah generasi baru dalam panggung kepelatihan di Eropa. Generasi segar. Dia pelatih yang berbeda dari kebanyakan. Dari empat pelatih di semifinalis Liga Champions musim ini, Nagelsmann yang paling muda.

Nagelsmann kelahiran 23 Juli 1987. Dia bahkan lebih tua daripada bek PSG asal Brasil, Thiago Silva yang kelahiran 22 September 1984. Termasuk kiper PSG, Keylor Navas yang kelahiran 1986.

Toh, usia muda bukan berarti tidak boleh berprestasi. Di Bundesliga, Nagelsmann membawa Leipzig masuk tiga besar. Dia kini memberi bukti, timnya kini jadi semifinalis Liga Champions. Pencapaian yang mungkin tidak terpikirkan di awal musim.

Sebenarnya, apa rahasia Nagelsmann sehingga di usianya yang masih muda, dia mampu sejajar dengan pelatih top Eropa yang kenyang pengalaman?

Dalam wawancara dengan Bild yang dimuat di laman bundesliga.com beberapa waktu lalu, Nagelsmann berujar bahwa modal dirinya melatih adalah kemampuannya dalam mengembangkan sisi manusianya pemain. Dia tidak hanya berbekal strategi di lapangan.

"It was about developing as a person," ujarnya.

Demi membangun mental pemain tersebut, Nagelsmann tidak pernah mengumumkan kepada pemain, siapa saja yang akan bermain di pertandingan. Hingga mereka tiba di ruang ganti di stadion. Menurutnya, itu penting demi menjaga motivasi pemain.

"There's a danger, particularly with young players, that they'll spend too long in front of the TV the night before because they'll be thinking: 'I'm not playing tomorrow," ujarnya.

Dengan melatih tim 'biasa' yang tidak setenar Bayern Munchen dan Dortmund Dortmund yang tentu saja dihuni 'pemain-pemain biasa', Nagelsmann jadi lebih muda membangun mental pemain-pemainnya. Dia mengubah pemainnya menjadi sekumpulan pemain yang 'lapar' kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun