Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Jalan Lain" Silaturahmi Tetap Seru Walau Tidak Lagi Duduk Sebangku

1 Mei 2020   22:36 Diperbarui: 1 Mei 2020   22:53 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena wabah corona, kita tidak bisa lagi bersilaturahmi dengan duduk sebangku seperti dulu. Namun, kemajuan teknologi digital membuat kita menemukan 'jalan lain' untuk menjalin silaturahmi agar tetap seru/Foto: Tribunnews.com

Sidoarjo-Surabaya. Seperti sebutannya sebagai kota bertetangga, jarak dua kota ini sebenarnya tidak jauh. Sekitar 30-45 menit perjalanan bagi yang domisilinya di Sidoarjo kota. Meski, waktu tempuh itu bisa menjadi 1 jam lebih, bila mendadak ada kemacetan tak terduga di jalan yang dilalui.

Tapi yang pasti, kalaupun setiap hari harus pergi pulang (PP) dari Sidoarjo-Surabaya dan kembali ke Sidoarjo, sebenarnya tidak capek banget. Hanya capek yang bila dibuat istirahat malam, esoknya kembali bugar.

Saya pernah pernah menjalani rutinitas harian bekerja dengan rute Sidoarjo-Surabaya-Sidoarjo itu selama sekitar 13 tahun. Mulai ketika bekerja di "pabrik koran" pada awal 2005 hingga menjadi "tukang menulis" di instansi pemerintahan. 

Baru pada awal 2019 silam, usai memutuskan mundur dari kerja kantoran dan menjadi penulis lepas yang tidak lagi punya 'jam kantor', rutinitas harian saya mulai berubah.

Saya tidak lagi setiap hari 'melahap' rute Sidoarjo-Surabaya-Sidoarjo seperti dulu. Saya lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di rumah. Paling, selama seminggu, menyempatkan dua kali ke Surabaya untuk temu kangen dengan kawan-kawan di kantor lama maupun berkoordinasi dengan teman kerja sekarang.

Bagi saya, bisa bertemu langsung dengan teman-teman itu menjadi cara terbaik untuk merawat silaturahmi. Bisa mengobrol langsung sembari guyon dengan mereka, seakan menjadi jeda menyenangkan dari rutinitas kerja yang terkadang membosankan. 

Pendek kata, ketika sudah mengobrol dengan teman-teman di warung kopi sembari ngopi bareng--meski saya tidak selalu memesan kopi--itu nikmatnya luar biasa.  
 
Nah, karena saya cukup 'dituakan' dengan usia yang tahun ini akan masuk kepala empat, beberapa kawan di kantor dulu menjadikan saya sebagai teman cerita. Tempat curhat. Mereka bisa curhat pekerjaan. Bercerita keluarga, prospek bisnis, hingga hobi mereka. Ada yang minta saran. Ada yang sekadar berbagi cerita.

Karenanya, obrolan di warung kopi itu terkadang tidak cukup hanya 1 jam. Apalagi bila yang ikut ngopi bareng lebih dari dua tiga orang. Ceritanya bisa semakin seru. 

Situasi sulit tidak membuat silaturahmi jadi mati

Namun, sejak wabah Covid-19 mewabah, terlebih di Surabaya kini diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena sebaran kasusnya paling banyak dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Timur, agenda silaturahmi di warung kopi itu terhenti. 

Terlebih memang sudah masuk bulan Ramadan, apa iya masih ngobrol di warung kopi ketika siang hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun