Namun, harapan itu tidak kesampaian. Bukan Lee Cheuk. Melainkan Antonsen yang akan menjadi lawan Ginting. Di semifinal kemarin, Antonsen mudah saja mengalahkan Lee 21-9, 21-14.
Bagaimana peluang Ginting?
Final malam nanti akan menjadi kesempatan Ginting untuk juara di awal tahun. Sekaligus mengakhiri rasa penasarannya. Ya, sepanjang tahun 2019 lalu, Ginting diliputi penasaran. Betapa gelar sudah di depan mata, tapi selalu tak bisa diraih
Berkali-kali, tepatnya lima kali, pebulutangkis kelahiran Cimahi, Jawa Barat ini tampil di babak final BWF Word Tour sepanjang tahun 2019 lalu. Namun, dia selalu kalah di final.
Tiga kali dia kalah dari Kento Momota yang memang menjadi monster sepanjang tahun 2019 lalu. Sekali kalah dari rekan sepelatnas, Jonatan Christie di Australia. Lalu, kekalahan kontroversial di Hong Kong Open dari Lee Cheuk Yiu.
Penampilan stabilnya di Indonesia Masters 2020 menjadi cerminan semangat besarnya untuk mengakhiri penasaran. Ginting tak pernah kehilangan game. Dia selalu menang straight game.
Dari menang atas pemain India, Parupalli Kashyap di putaran pertama. Lantas mengalahkan seniornya, Tommy Sugiarto. Berlanjut kemenangan atas pemain Tiongkok, Huang Yuxiang yang sekaligus membalas kekalahan di Malaysia Masters pekan lalu.
Dan sore kemarin, Ginting mengalahkan Axelsen. Kemenangan atas Axelsen ini menjadi salah satu penampilan terbaik Ginting di turnamen ini.
"Saya senang hari ini bukan cuma karena masuk final, tapi tadi mainnya bagus. Saya merasa puas sama performa hari ini, saya bisa mengatasi lawan dengan baik," kata Anthony Ginting dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org.
Antonsen punya semangat lebih bila tampil di Istora
Kualitas Antonsen sejatinya tidak beda jauh dengan Axelsen. Namun, ketika bermain di Istora, Antonsen seperti punya semangat lebih. Bisa dibilang, Istora lebih ramah padanya ketimbang dengan Axelsen.
Kita masih ingat di Indonesia Masters tahun 2019 lalu, Antonsen membuat kejutan hebat. Meski tidak diunggulkan, pemain berusia 22 tahun ini berhasil juara. Dia mengalahkan Momota di final lewat rubber game.