Pernah ada seorang kawan yang datang menyampaikan ide menulis buku. Idenya keren. Dia bersemangat ingin mengulas perihal pengalaman pertama bekerja tokoh-tokoh top di bidang yang mereka tekuni.
Sebut saja figur Jakob Oetama dan Dahlan Iskan. Rasanya akan menarik bila dua "pendekar" di bidang media ini menceritakan masa-masa awal ketika beliau berdua berkarier di bidang jurnalistik. Semisal ketika mewawancara narasumber pertama mereka.
Termasuk angle perihal apakah tokoh-tokoh terkenal tersebut pernah mengalami "pembelokan cita-cita". Maksudnya, apakah bidang yang mereka tekuni, sama dengan yang mereka cita-citakan sejak bocah. Atau justru sangat berbeda. Semisal pak Jakob Oetama yang sebelum bekerja di media, dulunya pernah menjadi pengajar.
Terkait pembelokan cita-cita ini, sepertinya ada banyak orang yang mengalaminya. Meski ada, orang yang lantas menekuni pekerjaan di bidang yang memang menjadi cita-cita pertamanya. Saya pun pernah mengalami pembelokan itu.
Sebelum jatuh cinta pada jurnalistik dan dunia tulis-menulis yang lantas menjadi "kran pengalir" rezeki hingga kini, saya sempat berkeinginan menjadi kimiawan. Seorang ahli ilmu kimia.
Setidaknya, cita-cita itu pernah tumbuh besar di masa SMA. Itu dipicu karena kecintaan pada pelajaran kimia semasa SMA. Bagi saya yang anak IPA, pelajaran Kimia itu menarik. Bu gurunya juga asyik. Sampai pernah berkesempatan mengikuti semacam olimpiade kimia.
Namun, cita-cita itu batal terwujud. Gagal jadi ahli kimia. Malah kemudian "nyasar" ke ranah tulis-menulis. Penyebabnya adalah "bujuk rayu" koran, terutama tabloid BOLA yang setiap pekan saya baca sehingga menumbuhkan kecintaan pada tulisan. Ingin bekerja menulis. Ingin melakukan reportase di lapangan. Ingin liputan ke luar negeri. Dan keinginan itupun terwujud.
Nah, sebelum mengenal kimia, jauh sebelum bekerja menulis yang sejatinya dulu tidak pernah terbayangkan, semasa kecil saya pernah punya mimpi menjadi pengajar. Menjadi seorang guru.
Penyebabnya, dulu di kampung, saya pernah memiliki tetangga seorang guru. Ketika masa ujian yang dulu dikenal dengan nama THB alias Tes Hasil Belajar--nama lawasnya Ujian Tengah/Akhir Semester---ketika dolan ke rumah beliua, saya acapkali diajak membantu mengoreksi naskah ujian murid-muridnya.
Ternyata seru. Tidak hanya bisa belajar mengetahui jawaban dari soal-soal, ternyata senang bila bisa memberi nilai. Dari situ, muncul keinginan untuk mengajar. Sesederhana itu.
Keinginan mengajar dan berbicara di depan banyak orang, kesampaian di tahun 2019 lalu
Tak disangka, setelah puluhan tahun berlalu, dalam beberapa tahun terakhir, mimpi masa kecil itu ternyata bisa kesampaian. Utamanya di tahun 2019 ini. Saya mendapatkan banyak kesempatan untuk bisa mengajar dan tampil berbicara di depan banyak orang.